Sebelum berakhir, Begini Harapan Konsorsium TAS NTT untuk I-WIL Project di TTU

Seth Besie
Sebelum berakhir, Begini Harapan Konsorsium TAS NTT untuk I-WIL Project di TTU. Foto: iNewsTTU.id/Sefnat

KEFAMENANU, iNewsTTU.id--Konsorsium Timor Adil dan Setara NTT kembali menggelar Workshop  Exit Strategy Project I WIL di 12 Desa yang berlangsung di Kantor Desa Kuanek, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, Kamis, 27/4/2023.

Konsorsium itu terdiri dari LBH Apik NTT, Bengkel APPeK NTT, KPI Sekwil NTT, Lopo Belajar Gender, CIS Timor, YSSP SoE, dan YABIKU NTT.

Konsorsium ini sebelumnya memulai I-WIL Project di Nusa Tenggara Timur, tepatnya pada bulan Juli 2018 pada akhirnya akan selesai pada bulan Juni tahun 2023. 

Sehubungan dengan segera berakhirnya I-WIL Project di Nusa Tenggara Timur ini maka pihak Konsorsium menggelar Workshop terakhir dengan tujuan melakukan konsolidasi dengan Pemerintah desa serta semua unsur dalam mempertahankan dan melanjutkan capaian baik I-WIL selama 5 tahun.

Selain itu, Konsorsium ini, ingin memastikan dan menetapkan kejelasan tentang peran dan tanggungjawab semua pihak yang ada di desa dalam melanjutkan capain baik program I-WIL

"Hasil yang kita harapkan nanti adalah adanya strategi bersama dalam mempertahankan dan melanjutkan capain baik masing-masing pilar program  I-WIL, kemudian adanya ketetapan mengenai peran dan tanggungjawab masing-masing unsur di desa dalam melanjutkan semua capaian baik program I-WIL,"ungkap Theresia Ratunubi kemarin.

Sekedar informasi bahwa, Konsorsium Timor Adil dan Setara NTT memiliki 12 Desa Binaan di NTT, khususnya pada 3 Kabupaten Yakni, Kabupaten Kupang, TTS dan TTU.

Dalam Programnya, pihak pengurus terus mendorong perempuan dan anak-anak perempuan mandiri secara ekonomi, berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka, serta memiliki posisi dalam kepemimpinan, dan terbebas dari kekerasan berbasis gender.
 
IWIL Project merupakan sebuah inisiatif untuk mengurangi kekerasan terhadap perempuan (Gender Based Violance), dilakukan dengan pendekatan mendukung kepemimpinan perempuan (Women Leadership), penguatan kapasitas kelompok perempuan, pemberdayaan ekonomi perempuan (Women Economic Empowerment). 

Secara umum, perwujudan tujuan proyek ini diupayakan melalui beberapa outcome yaitu lebihnya banyak perempuan dan anak-anak perempuan yang diberdayakan dan memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan peluang-peluang ekonomi, adanya hubungan yang menjadi lebih baik antara unit-unit usaha desa (Bumdes), KUBE dan bisnis inklusif lainnya. 

Perempuan, laki-laki dan jaringan komunitas mengambil tindakan untuk mentransformasi hal-hal buruk terkait gender dan norma sosial yang dapat mengarah kepada marginalisasi perempuan, dan kekerasan terhadap perempuan serta anak-anak perempuan, serta terciptanya kualitas dalam pelaksanaan program.

Dalam kilas balik Pelaksanaan I WIL Project ini  selama kurang lebih 5 tahun, banyak hal yang telah dicapai dalam 3 pilar diatas. 

Pada pilar 1 misalnya, pada 12 Desa  sudah ada Kebijakan Desa sebagai bentuk Pengakuan terhadap kerja-kerja Paralegal dalam Pendampingan dan Penanganana kasus-kasus GBV melaui SK Paralegal Desa, Posko Pengaduan, SOP penanganan dan Alur Rujukan kasus GBV, sistem penanganan  dan Form pelaporan kasus GBV, terkoneksi dengan Aplikasi  SIMFONI serta beberapa Pemerintah desa sudah mengalokasikan anggaran bagi paralegal dalam penangan kasus GBV. 

Pilar 2 tentang kemandirian ekonomi, sudah ada 14 kelompok usaha perempuan di 12 desa, kelompok usaha sudah mendapatkan SK dari Pemerintah desa setempat, memiliki legalitas usaha,berupa NIB,PKP danSPPRIT memiliki jaringan pemasaran yang luas, mendapatkan anggaran dari ADD, serta dapat mengakses modal usaha. 

Demikian pula untuk pilar tiga terkait dengan partisipasi perempuan yang di dukung oleh kelompok LLB  sudah ada perempuan yang menduduki jabatan sturuktural di desa, tokoh agama mendukung program keadilan gender, pemerintah desa bisa melaporkan capaian SDGs. 

Hasil-hasil baik tersebut tentunya harus terus di kembangkan/replikasi untuk meningkatkan manfaat yang lebih luas dan  tidak boleh berhenti gara-gara program I-WIL berakhir, sudah saatnya semua tanggungjawab itu diserahkan kepada pemerintah dan masyarakat untuk meneruskannya. 

"Berdasarkan hal tersebut, kami menginisiasi Workshop Exit Strategi program I-WIL di 12  desa,"terang Theresia Ratunubi, Perwakilan Konsorsium TAS NTT

Editor : Sefnat Besie

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network