JAKARTA, iNewsTTU.id - Demi mencurahkan ilmu untuk anak didik, guru guru ini bersedia mengabdi di pelosok.
Kisah para guru ini seharusnya menjadi contoh bagi guru lainnya. Bagaimana tidak, mereka selalu berjuang tanpa pamrih untuk masa depan generasi bangsa.
1. Tempuh Jarak 12 Km hingga Lewati Hutan untuk Mengajar
Sugeng Purnomo adalah seorang guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tambora. Sekolah yang terletak di Desa Oi Bura, Kabupaten Bima, NTB ini berada di tengah perkebunan kopi.
Untuk mencapai sekolah, bukanlah hal yang mudah bagi Sugeng. Ia harus menempuh jarak 12 kilometer dari rumahnya untuk sampai di sekolah.
Di masa pandemi, saat kebanyakan sekolah lainnya melaksanakan pembelajaran daring, Sugeng tetap pergi mengajar. Sugeng dan para siswa tidak bisa melakukan pembelajaran secara daring lantaran tidak ada akses internet di wilayah mereka.
Ia pun harus mendatangi rumah murid-muridnya, yang lokasinya juga cukup jauh dari sekolah. Sugeng sudah mengajar selama belasan tahun di SDN Tambora. Namun, dirinya masih berstatus guru honorer dengan gaji hanya Rp300.000 per bulan.
2. Jadi Wasit Badminton di Olimpiade Tokyo 2020
Qomarul Lailah atau yang akrab disapa Lia adalah seorang guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SDN Sawunggaling 1 Surabaya. Hebatnya, ia terpilih menjadi wasit badminton di Olimpiade Tokyo 2020.
Awalnya ia tidak pernah tertarik menjadi seorang wasit pada cabang olahraga badminton. Setelah mendapat cukup pengetahuan, Lia pun tertarik untuk mengikuti pelatihan serta menjalani ujian tingkat provinsi.
Beruntungnya, ia dinyatakan lulus dalam ujian tingkat provinsi tersebut. Meski begitu, kelulusannya itu tidak langsung membawa Lia menjadi seorang wasit profesional.
Ia harus berjuang mengikuti ujian nasional dalam berbagai ajang. Seiring berjalan waktunya, Lia pun berhasil menjadi wasit badminton di dunia internasional.
3. Peraih Penghargaan Inspiratif
Aprilia Palupi merupakan guru SMKN 1 Bansari, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Diketahui, Aprilia meraih dua penghargaan nasional. Penghargaan yang didapatkannya tersebut adalah dari lomba kompetensi guru pertanian 2016 dan guru inspiratif di masa pandemi Covid-19 2020.
Penghargaan sebagai guru inspiratif ini didapat Aprilia atas inovasinya menerapkan pembelajaran jarak jauh sebelum adanya pandemi. Pada awalnya, metode tersebut digunakan Aprilia untuk memantau muridnya.
Hal ini karena ia sering melakukan kegiatan di luar sekolah serta mengikuti pelatihan. Muridnya pun merasa nyaman dengan metode yang diterapkannya.
Hingga akhirnya ketika pemerintah menerapkan pembelajaran jarak jauh, siswanya pun sudah terbiasa. Meski telah mendapat penghargaan, Aprilia masih terus berinovasi guna memberi metode yang terbaik untuk dunia pendidikan.
4. Mengabdi di Pelosok Daerah
Untuk menjalankan tugasnya sebagai guru, Ahmad Sofyan, rela menyeberangi sungai menggunakan perahu. Sekolah tempatnya mengabdi berada di pelosok di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Ahmad dan para guru lainnya yang mengajar di SDN 1 Sungai Bedaun, SDN 3 Kumai Hilir, SMPN 6 Kumai, serta SD-SMP Satu Atap Negeri 4 Kumai di Sei Sekonyer, kerap berangkat dan pulang bersama-sama.
Saat kondisi air sedang surut, untuk mencapai perahu yang menjemput, Ahmad beserta pengajar lainnya harus berjalan kaki menembus hutan bakau di tepi sungai. Medan yang sulit ini ditempuh tergantung musim pasang surut air.
Terkadang, mereka berjalan kaki menyusuri sungai. 4 kisah guru ini memberi inspirasi untuk guru saat ini.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait