JAKARTA, iNewsTTU.id-- Ekonomi Rusia Kontraksi 4% di Kuartal II/2022 Dampak Perang dengan Ukraina.
Konflik Rusia-Ukraina yang berlangsung hampir enam bulan berdampak nyata pada perekonomian kedua negara dan dunia.
Badan Statistik Rusia melaporkan produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi 4% pada kuartal II/2022, yang merupakan periode pertama sejak Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina.
Penurunan tajam ini mengindikasikan ada perubahan yang cukup drastis atas ekonomi Rusia sejak konflik di Eropa Timur meletus pada Februari lalu.
Hal itu juga menandai adanya pembalikan tajam dari kuartal pertama saat ekonomi negara berjuluk Beruang Merah itu tumbuh 3,5%.
Berdasarkan laporan Associated Press, dikutip Minggu (14/8/2022), keadaan ekonomi yang memburuk dipicu oleh beragam sanksi Barat, termasuk pemutusan bank Rusia dari sistem transfer internasional atau SWIFT dan eksodus sejumlah perusahaan asing.
"Ekonomi kami akan bergerak menuju keseimbangan jangka panjang yang baru," kata Deputi Gubernur Bank of Russia Alexey Zabotkin.
Bank Sentral Rusia menjadi salah satu lembaga yang bertanggungjawab untuk menahan gejolak di pasar saat mata uang rubel lesu di pasaran. Sejumlah kebijakan kontrol modal dan kenaikan suku bunga dinilai dapat menjadi benteng pertahanan.
Stimulus fiskal dan pelonggaran kebijakan moneter dalam beberapa bulan terakhir tampak mulai muncul, yang pada akhirnya meringangkan beban ekonomi atas dampak sanksi internasional.
“Krisis masih bergerak di lintasan yang sangat mulus,” kata Ekonom Rusia dari CentroCredit Bank Evgeny Suvorov.
Pada hari Jumat, bank sentral menerbitkan rancangan prospek kebijakannya untuk tiga tahun ke depan, memperkirakan ekonomi akan memakan waktu hingga 2025 untuk kembali ke tingkat pertumbuhan potensial 1,5%-2,5%.
Dalam laporannya, Bank sentral Rusia memproyeksikan ekonomi Rusia masih akan stagnan pada periode 2022-2024, dengan perkiraan PDB masing-masing menyusut 4%-6% dan 1%-4%.
Laporan itu memaparkan ihwal jika kondisi ekonomi global semakin memburuk dan ekspor Rusia mendapat sanksi tambahan. Jika hal itu terjadi, kemerosotan ekonomi Rusia tahun depan mungkin akan lebih dalam dan pertumbuhan baru akan dilanjutkan pada tahun 2025. Kebuntuan atas pengiriman energi ke Eropa menimbulkan risiko baru bagi perekonomian Kremlin.
Sejalan dengan permintaan yang lemah, Badan Energi Internasional memperkirakan produksi minyak mentah Rusia akan turun sekitar 20% di awal 2023.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait