Puluhan Pendeta Rekoleksi dan Pertukaran Pelayan Klasis TTU di Fatuleu Barat

KEFAMENANU, iNewsTTU.id – Siang itu, Jumat (13/6/2025) langit Kota Kefamenanu tampak muram. Awan gelap menggulung di cakrawala, membawa hawa dingin. Menusuk kulit. Meski begitu, suasana di Pastori Jemaat Petra Kefamenanu justru hangat dengan suasana kebersamaan. Di sana, sejumlah pendeta se-Klasis Timor Tengah Utara (TTU) telah berkumpul.
Ketua Majelis Klasis (KMK) TTU, Pdt. Andreas Nubatonis memimpin doa tepat pukul 12.45 WITA. Rombongan bersiap memulai perjalanan menuju kegiatan rekoleksi yang dipadukan dengan pertukaran pelayan di wilayah pelayanan Klasis Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang. Menariknya, kegiatan ini bukan hanya diikuti para pendeta, melainkan juga para vikaris, calon vikaris (cavic) beserta suami, istri maupun anak-anak pendeta.
Mengusung semangat tema “We are all in this together,” iringan kendaraan roda empat bergerak melewati jalanan Timor Raya menuju arah Kupang. Sebuah pelayanan lintas klasis yang sarat makna. Ada yang telah lebih dulu melakukan perjalanan karena alasan kesehatan dan lainnya.
Sore menjelang malam saat rombongan mencapai simpang Pariti, Oelamasi. Odometer mobil pick-up putih DH 8876 DD milik Jemaat Ebenhaezer Oenak Noemuti mencatat angka 220 kilometer. Namun perjalanan belum berakhir. Masih tersisa 42 kilometer lagi jarak yang harus ditempuh selama dua jam melewati jalan berkelok, tanjakan dan jalan berlubang menuju tempat penginapan.
Cahaya bulan di malam hari mengiringi perjalanan hingga akhirnya rombongan tiba dengan selamat di Villa Barate. Sebuah penginapan yang terletak di pesisir pantai, Kecamatan Fatuleu Barat dengan keindahan dan estetika villa pinggir pantai. Lelah perjalanan langsung terbayar lunas. Ketua KMK Fatuleu Barat, Pdt. Viktor Toto dan Ketua Majelis Jemaat Ebenhezer Bonatama, Pdt. Papi Foeh, sudah ada.
Villa Barate: Surga Tersembunyi di Pesisir Pantai Fatuleu Barat
Berada di tepi pantai, Villa Barate menyuguhkan atmosfer tropis dengan sentuhan tradisional. Bangunannya didominasi kayu berkelas, beratap seng dan daun pohon lontar. Rumah panggung berdiri kokoh, ramah terhadap kelembapan dan risiko banjir pesisir.
Teras luas di bagian depan vila menjadi ruang ideal untuk duduk bersantai, menatap laut sambil mendengarkan suara alam. Dikelilingi rimbunnya pepohonan, tempat ini menyatu dengan lingkungan sekitar. Perahu nelayan kecil terlihat sesekali melintas di kejauhan, menghidupkan rasa dekat dengan kehidupan lokal.
Terdapat ayunan kayu sederhana yang memberikan sentuhan alami dan menjadi spot foto menarik di depan Villa. Tampak Sebuah perahu kayu menambah kesan kehidupan nelayan lokal, memperkuat atmosfer pesisir tradisional.
Villa ini mengusung konsep santai dan alami, menggabungkan keindahan panorama alam pesisir dengan desain interior yang minimalis dan fungsional. Lengkap dengan fasilitas penunjang.
Villa ini menjadi pilihan para pendeta GMIT Klasis TTU untuk melakukan kegiatan rekoleksi, berkumpul bersama keluarga saling berbagi pengalaman dan bertukar pikiran.
Antara Renungan Fajar, Kesadaran Pelayanan dan Kebersamaan
Fajar mentari pagi hampir terlihat. Di bawah atap daun lontar, saat embun belum benar-benar hilang meditasi pagi dimulai pukul 05.30 WITA.
Dipimpin oleh Pdt. Aplonia Marlis Tangwal-Ndun ruang refleksi mendalam tentang hakikat panggilan melayani berlangsung penuh makna.
Dalam refleksi singkat itu, Pdt. Aplonia mengatakan bahwa melayani Tuhan bukan soal kehebatan atau posisi, melainkan tentang kerendahan hati dan kesetiaan. Tuhan tidak mencari yang sempurna, tetapi hati yang rela dibentuk dan bersedia berkorban.
Dalam keluarga pun, pelayanan sejati bermula. Meski tak sempurna, setiap keluarga pelayan adalah tempat di mana kasih Tuhan dinyatakan secara nyata. Sebagai tempat bertumbuh, saling menopang, dan mewartakan kebaikan kepada dunia.
Usai meditasi pagi, keseruan kegiatan yang didesain ketua panitia Pdt. Gerson Lette dan tim diwarnai sesi games yang melibatkan para pendeta, vikaris, cavik dan anak-anak pendeta. Membakar semangat pagi. Kegiatan rekoleksi di vila ditutup dengan maka siang bersama, ungkapan isi hati para pendeta dan keluarga pendeta lalu pose bersama.
"Kita harus terus berbenah supaya keluarga-keluarga pendeta ini menjadi basis yang paling penting untuk kekuatan kita dalam pelayanan. Tuhan memberkati kita semua, semoga kita semua mampu," ungkap Ketua Majelis Jemaat Paulus Wini, Pdt. Eyrene Liuffeto-Tameno.
Ketua Majelis Jemaat Petra Kefamenanu, Pdt. Angkol Tangwal, menyampaikan apresiasi mendalam atas kehangatan dan rasa kekeluargaan yang tercipta. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada KMK TTU, panitia, para suami dan istri pendeta, vikaris, serta cavic yang telah menyatukan langkah dalam pelayanan ini.
Pertukaran Pelayan: Simbol Persaudaraan Pelayanan
Setelah serangkaian kegiatan, rombongan melanjutkan kunjungan ke Kantor Klasis Fatuleu Barat. Sambutan hangat datang dari keluarga besar pendeta klasis setempat. Di sinilah prosesi pertukaran pelayan berlangsung dengan pembagian lokasi jemaat tempat para pendeta dari Klasis TTU akan memimpin kebaktian minggu, pagi. Sebuah tanda kolaborasi dan solidaritas antar wilayah pelayanan.
Pdt. Andre, dalam sambutannya, mengatakan kegiatan tersebut sebagai wujud berbagi energi pelayanan. Energi tersebut, kata Pdt. Andre, tumbuh dan berkembang demi satu nama besar GMIT. "Karena di dalam GMIT, kita percaya Allah Tritunggal hadir dan memberkati masyarakat NTT,” kata fans berat Club sepakbola AC Milan ini.
Sementara itu, Pdt. Viktor Toto menambahkan, sebagai saudara dan hamba Tuhan, kita dipertemukan bukan karena sempurna, tetapi untuk saling melengkapi dalam kasih dan panggilan pelayanan.
Kegiatan rekoleksi kali ini merupakan rekoleksi kedua bagi para pendeta Klasis TTU. Setelah sebelumnya dilaksanakan di Bandung pada tahun 2023. Tak hanya mempererat persaudaraan antar pendeta, tetapi juga membuka jalan bagi pelayanan lintas klasis yang inklusif, mendalam, dan menyentuh banyak jiwa.
Dalam kebersamaan itu, tercermin nilai-nilai yang tak lekang oleh jarak dan waktu: kasih, kesetiaan, dan semangat melayani yang tak mengenal batas.
Editor : Sefnat Besie