ASN Arogan Usir Wartawan, Diduga Lindungi Skandal Mobil Dinas

FLORES TIMUR,iNewsTTU.id-- Dunia jurnalistik kembali tercoreng oleh aksi tidak terpuji seorang ASN di Flores Timur. Juliana Claudia Peni alias Lyan, mantan ajudan eks Pj. Bupati Flores Timur, Sulastri Rasyid, mempertontonkan sikap arogan dengan mengancam dan melarang dua wartawan yang tengah meliput di rumah dinas bupati, Jumat (21/2/2025).
Insiden ini menimpa Paul Kabelen (Tribun/Pos Kupang) dan Van Werang (Metro TV), yang datang ke rumah dinas bupati untuk meliput persiapan kedatangan bupati terpilih, Antonius Doni Dihen. Namun, yang terjadi justru bak adegan intimidasi!
Ketika kedua jurnalis mulai mengabadikan suasana rumah dinas, Lyan tiba-tiba muncul dan dengan nada tinggi melarang mereka mengambil gambar. Yang lebih mengejutkan, ASN ini bahkan berniat menyerang Paul Kabelen! Untungnya, aksi brutal ini berhasil dicegah oleh Van Werang.
"Dia teriak dengan kasar: ‘Tidak boleh foto, harus minta izin! Kalian hanya mau tulis berita yang tidak baik!’” ungkap Paul, menirukan kemarahan Lyan.
Skandal Mobil Dinas: Benarkah Ada yang Ditutupi?
Banyak pihak menduga, amarah Lyan ini berkaitan erat dengan pemberitaan panas seputar pengadaan mobil dinas baru untuk Bupati dan Wakil Bupati Flores Timur, serta tiga pimpinan DPRD. Wartawan di Flores Timur memang tengah gencar mengkritisi anggaran Rp 3,12 miliar yang dialokasikan untuk pembelian lima unit Toyota Fortuner tersebut.
Kebijakan ini memicu amarah publik, lantaran mobil dinas lama yang dibeli era Pj. Bupati Doris Rihi masih dalam kondisi sangat baik. Lebih ironis lagi, dana besar ini dikucurkan saat masyarakat Flores Timur tengah berduka akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki!
Kini, insiden pelarangan peliputan ini menimbulkan pertanyaan besar: Apakah Lyan sedang melindungi sesuatu? Mengapa seorang ASN begitu emosional hanya karena wartawan mengambil foto mobil dinas?
Masyarakat Flores Timur menanti sikap tegas dari Sekretaris Daerah dan pemerintah daerah terhadap tindakan yang dianggap sebagai pelecehan terhadap kebebasan pers ini. Apakah ada keberanian untuk menindak ASN yang bertindak semena-mena? Atau ini justru tanda ada sesuatu yang coba ditutupi?
Kebebasan pers adalah pilar demokrasi. Jika wartawan saja diintimidasi, bagaimana nasib transparansi di Flores Timur?
Editor : Sefnat Besie