Bahkan kini setelah tak lagi menjadi bupati, tangan dinginnya seolah tetap menjadi berkat bagi Sabu Raijua, dimana Sabu kembali dikenal sebagai sentra " emas putih" alias garam di NTT, setelah mati suri sekian lama.
Lewat perusahaan PT. Nataga Raihawu Industri ( NRI) ia kembali memperbaiki lahan tambak garam yang terbengkalai, merangkul kembali para petani garam yang seolah putus harapan karena lahan tambak garam yang dibiarkan hancur tak terurus.
" Kita tahu masih banyak saudara kita orang sabu yang susah, untuk itu saya pekerjakan kembali mereka dengan upah Rp.1.250.000 per orang ditambah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, 1 hektar lahan tambak dikelola 10 orang petani, kita berdayakan mereka kembali," Ujarnya.
Saat iNews.id bertemu dengan sosok yang akrab disapa Matade ini, Sabtu ( 20/4/2024), ia mengatakan saat ini pihaknya terus memperluas lahan produksi garam untuk memenuhi kebutuhan lokal dan nasional. Saat ini tercatat 32 hektare (ha) lahan tambak garam yang digarap pihak swasta dan ditargetkan mencapai 100 ha hingga akhir April 2024.
" Banyak orang bilang kepada saya Sabu ini panas dan ini seperti kutukan, tapi bagi saya inilah anugerah Tuhan bagi kita, kita bisa manfaatkan panas ini untuk membuat tambak garam, saya kasih tahu anda bahwa kandungan NaCL garam Nataga diangka 96 di seluruh indonesia, dan kita cuma dibawah Australia dengan 97, maka dapat saya simpulkan garam kita adalah garam terbaik di Indonesia mengalahkan Madura dan Jawa Timur, untuk itu saat ini tercatat kita punya 32 hektar (ha) lahan tambak garam yang digarap pihak swasta dan ditargetkan mencapai 100 ha hingga akhir April 2024, saat ini kita sedang membuka lahan lagi di Desa Daieko, Kecamatan Hawu Mehara," Ujarnya.
Editor : Sefnat Besie