get app
inews
Aa Read Next : Peduli Kesehatan, Yonkav Naga Karimata Sumbang AC dan Renovasi Klinik Kesehatan di Eban TTU

Opini: Pemilihan Umum dan Kebebasan Individu menurut Jean-Paul

Rabu, 07 Februari 2024 | 17:57 WIB
header img
Pemilihan Umum dan Kebebasan Individu Menurut Jean-Paul (Foto: MNC Media)

Salah satu bentuk atau cara berdemokrasi di Negara Demokrasi seperti negara kita, Indonesia, adalah dengan melangsungkan pemilihan umum (Pemilu). Pemilihan umum yang dilangsungkan atau diadakan dalam bernegara merupakan representasi kebebasan berpendapat dan kebebasan masyarakat secara individual untuk menentukan sosok pemimpin yang akan menahkodai sebuah negara, sebagaimana negara kita akan melakukan Pemilihan Umum pada 14 Februari mendatang. Untuk itulah, Jean-Paul Sartre dengan filsafat eksistensialismenya memiliki kontribusi besar bagi kita agar melihat lebih jauh tentang Pemilihan Umum dan melakukan Pemilihan Umum secara bebas dari dalam diri tanpa adanya paksaan dari siapapun orangnya karena kita adalah makhluk individual dan otonom. Yang mana, otonom berarti kita sebagai makhluk individual yang berhak mengarahkan hidup dan pilihan hidup sendiri.

 

Jean-Paul Sartre dan Kebebasan Manusia

Dalam kalangan mereka yang mendalami ilmu filsafat, Sartre sudah sangat familiar di telinga mereka. Ia adalah salah satu tokoh filsafat Prancis atau filsuf eksistensialis berkebangsaan Prancis yang terkenal di era filsafat modern. Hasil pemikirannya sangat tersohor dan tidak diragukan lagi, terutama hubungannya dengan eksistensialisme. Dalam pembahasan pemikiran filsafatnya, hal yang selalu ia tekankan sebagai prinsip dan nilai tertinggi filsafat eksistensialisme adalah manusia sebagai makhluk yang bebas berdiri sendiri (berdikari), bahkan konsep tentang Tuhan yang mengintervensi manusia pun ditolaknya.

Latar belakang konstruksi filsafatnya dipengaruhi oleh setumpuk penderitaan yang dialaminya, sehingga kemudian dia melihat manusia sebagai individu yang tidak boleh dikuasai oleh apapun atau oleh siapapun. Sebagaimana dikatakannya “manusia bukanlah apa-apa, namun manusia sendirilah yang membuat dirinya menjadi apa-apa”.  Disinilah dapat dipahami bahwa kita manusia adalah makhluk yang mampu berkembang dan mengembangkan akal budi kita sendiri. Manusia secara individu yang menentukan arah hidup dan pilihan hidupnya. Ketika seorang menggantungkan sebuah harapan, atau mencita-citakan dirinya menjadi sesuatu, ia sendirilah yang akan menjadikan harapan, dan cita-cita menjadi kenyataan. Ini menjadi sebuah kejelasan bahwa sebuah keinginan hanya boleh menjadi kenyataan bila memang manusia sendiri yang menciptakan kenyataan dari keinginan itu. 

 

Pemilihan Umum adalah Kebebasan Individu

Seperti yang kita ketahui bahwa Pemilihan Umum merupakan proses berdemokrasi untuk memilih pemimpin yang terbaik dari yang terbaik dalam sistem pemerintahan demokrasi. Sebagaimana oleh Franz Magnis-Suseno melihat demokrasi sebagai “proses mencegah yang terburuk berkuasa”, yang dalam hal ini sirkulasi kepemimpinan itu penting untuk mengganti pemimpin yang dianggap kurang berkapasitas kepemimpinan sejati. Hal ini sudah berkali-kali diadakan diadakan dalam sistem pemerintahan negara kita.

Pemilu sangat diakui manfaatnya karena berhubungan dengan kebebasan individu untuk menentukan siapa yang terbaik dalam memimpin negara kita. Memang bahwa Pemilihan Umum itu dilangsungkan secara serentak di seluruh negara kita, Indonesia, namun untuk memilih dan menentukan pemimpin, dikembalikan pada setiap masyarakat secara bebas yang lahir dari dalam diri sendiri. Kebebasan memilih berarti tahu dan mau berdasarkan hasil penimangan yang matang secara rasional. Sehingga, filsafat eksistensialisme Sartre mencerahkan kita untuk tidak memilih karena diprovokasi atau dipropaganda oleh orang lain. 

Seringkali dalam kenyataan menjelang Pemilu, yang ditemukan adalah pembelian suara massa. Yang mana, rakyat jelata disogok dengan nilai rupiah oleh oknum-oknum tertentu demi calon pemimpin tertentu. Ada juga tindakan lain seperti fitnah, penistaan dan hoaks terhadap calon lain dengan maksud supaya kubu kepemimpinan dimenangkan oleh yang menebarkan kebohongan tersebut. Patutlah diingat bahwa ketika memilih atas dasar uang, atau memilih hanya karena disogok, tanpa kita (anda dan saya) sadari sebenarnya seolah-olah dijadikan komoditas yang diperjualbelikan atau dikomersialkan. Padahal, bila dilihat dari sisi eksistensialisme yang diutarakan Sartre, manusia (Kita peserta pemilu) bukanlah benda atau barang dagangan, melainkan seorang manusia yang bermartabat yang seharusnya tidak didagangkan. Salah satu kalimat yang sering digaungkan adalah “mata duit” sudah menjadi gambaran jelas untuk mengaktifkan daya nalar kritis kita agar memilih pemimpin bukan asal-asalan hanya karena uang. Ingat, sebagai peserta pemilu jangan direndahkan dengan nilai uang karena kemanusiaan kita tidaklah sebanding dengan uang atau jenis harta apapun.

Ketika memilih hanya karena diprovokasi dan diporpaganda, disinilah terbaca jelas kelemahan peserta pemilu sebagai subjek yang menentukan. Konsep inilah yang perlu dibawa dalam menghadiri proses pemilihan umum berlangsung supaya tidak terkesan bagi kita “IKUT ARUS SAJA”.  Kalimat “Ikut arus” bila dilihat lebih dalam berarti “hidup tak berdaya dan hanya ikut kemauan orang lain”. Dari hal inilah, tegas dikatakan Jangan membiarkan kebebasan anda diinjak-injak oleh mereka yang membohongi anda dalam memilih pemimpin!   Sebab, jika godaan uang melebihi kebebasanmu untuk memilih, anda sedang dijadikan barang jualan. Dan juga bila memilih hanya karena terprovokasi, anda sedang diremehkan oleh mereka yang memprovokasi dan mempropaganda anda.

 

Oleh: Yohanes Mario Viany Tmaneak

Mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandira-Kupang

 

Editor : Sefnat Besie

Follow Berita iNews Ttu di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut