LONDON, iNewsTTU.id--Ilmuwan dan peneliti telah lama mempertanyakan apakah mungkin melubangi Bumi hingga tembus ke sisi sebaliknya, sebuah konsep yang menantang dan kontroversial.
Meskipun rencana untuk melubangi Bumi bukanlah ide baru, para ahli telah mengukur jarak antara titik satu ke titik lainnya, khususnya titik yang disebut sebagai Antipode.
Antipode adalah dua tempat yang terletak di belahan Bumi yang berlawanan. Garis lurus yang menghubungkan dua titik antipodal melewati garis tengah Bumi. Namun, perjalanan ke tempat terjauh ini dari satu lokasi ke lokasi lain dapat memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, melintasi lautan, kota, dan rimba belantara.
Menurut laporan dari IFL Science, secara teori, perjalanan ini dapat dipersingkat dan mengirit jarak hingga 7.500 km dengan cara menggali lubang lurus melalui Bumi ke sisi sebaliknya, dengan jarak sekitar 12.500 km. Dalam teori ini, seseorang dapat mencapai sisi lain Bumi hanya dalam waktu 38 menit.
Namun, muncul pertanyaan besar: apakah mungkin mengebor tanah hingga tembus ke inti Bumi?
Hingga saat ini, lubang terdalam di Bumi ditemukan di Kola Superdeep di Rusia, dengan kedalaman sekitar 40.230 kaki atau sekitar 12.262 meter. Namun, pengeboran dihentikan karena semakin mendekati inti Bumi, suhu yang semakin tinggi menjadi kendala. Inti Bumi, dengan suhu melebihi 9700 derajat Fahrenheit (5400 derajat Celsius), membuat pengeboran lebih lanjut menjadi tidak mungkin dilakukan.
Selain suhu yang mencapai titik melelehkan, tekanan udara juga menjadi tantangan besar. Jika pengeboran berhasil menembus Bumi, hal ini akan membawa implikasi signifikan bagi ilmu pengetahuan dan teknologi. Menembus Bumi akan memberikan kesempatan untuk memahami lebih lanjut tentang interior Bumi dan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.
Meskipun konsep ini masih di ranah teoretis dan teknologis yang sulit, para ilmuwan terus menjajaki potensi dan risiko yang terkait dengan rencana melubangi Bumi. Penelitian lebih lanjut dan inovasi dalam teknologi pengeboran mungkin diperlukan untuk mengatasi tantangan ini di masa depan.
Editor : Sefnat Besie