Pemilihan posisi tentu telah didahului dengan segmenting yang jeli dan cermat, yaitu pengenalan yang mendalam dan menyeluruh atas setiap segmen dalam masyarakat-bangsa Indonesia serta permasalahan dan kebutuhan bersama maupun kebutuhan spesifik dari setiap segmennya.
Positioning sebagai penerus Bung Karno dan Bung Hatta mencerminkan juga suatu pilihan strategis untuk melayani semua segmen sebaik-baiknya, tidak mengutamakan yang satu dan menomorduakan yang lain.
Bung Karno dalam Pidato 1 Juni 1945 berkata, Mendirikan negara Indonesia merdeka yang namanya saja Indonesia Merdeka, tetapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu orang, untuk memberi kekuasaan kepada satu golongan yang kaya, untuk memberi kekuasaan pada satu golongan bangsawan? Apakah maksud kita begitu? Sudah tentu tidak! Baik saudara-saudara yang bernama kaum kebangsaan yang disini, maupun saudara-saudara yang dinamakan kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan yang demikian itulah kita punya tujuan. Kita hendak mendirikan suatu negara "semua buat semua'. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, - tetapi "semua buat semua.
Bung Hatta telah melobi tokoh-tokoh Islam agar tujuh kata dalam Piagam Jakarta diganti demi persatuan Indonesia. "Akhirnya mereka bermufakat untuk menghapus tujuh kata itu dan diganti dengan tiga kata usulan Hatta. Sila pertama pun menjadi 'Ketuhanan Yang Maha Esa'
Selanjutnya, positioning yang diambil oleh Ganjar Pranowo-Mahfud MD sebagai capres dan cawapres akan dijabarkan dalam berbagai program. Keberhasilan mereka akan sangat ditentukan oleh sejauh mana program-program pembangunan mampu mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan pembentukan NKRI secara kontekstual sesuai dengan dinamika internal bangsa maupun geopolitik di dunia global.
Syarat-syarat untuk kemajuan bangsa telah menjadi tekad dari keduanya untuk diperjuangkan bagi Indonesia masa depan yang gemilang dan meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Enam syarat yang harus diperjuangkannya, yaitu (1) ideologi bangsa yang kokoh; (2) ekonomi bangsa yang baik; (3) tegaknya hukum dan keadilan; (4) politik bangsa yang demokratis; (5) budaya gotong royong yang hidup; dan (6) selalu dikedepankannya persaudaraan.
Dalam konteks ini, pembangunan yang telah dimulai oleh para pemimpin bangsa di masa lalu akan menemukan kesinambungan yang semakin kuat dan mendasar: Pancasila poros utama dari sistem-sistem kehidupan bangsa dan negara kita.
Editor : Sefnat Besie