Pendopo Agung Trowulan, Saksi Bisu Sumpah Palapa Gajah Mada yang Menggetarkan Sedangkan di bagian belakang Pendopo Agung Trowulan terdapat bangunan joglo yang diyakini dulunya menjadi tempat Raja Brawijaya bersemedi untuk mendapatkan petunjuk membuka pemukiman di hutan tarik, yang jadi awal berdirinya Kerajaan Majapahit.
Pendopo Agung Trowulan ini berdiri di atas situs yang diyakini merupakan lokasi pembacaan Sumpah Palapa oleh Mahapatih Gajah Mada.
“Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, ring Sunda, ring Palembang, ring Tumasik, samana isun amukti palapa.”
Peninggalan Kerajaan Majapahit lainnya yang saat ini ada di Pendopo Agung Trowulan yakni patok batu.
Konon patok batu segi enam yang menancap dengan kemiringan sekitar 60 derajat itu diyakini merupakan tempat untuk mengikat gajah yang dinaiki Gajah Mada dengan tali agar tidak berkeliaran.
Mohamad Yamin dalam bukunya "Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara" menjelaskan bahwa sumpah Gajah Mada itu bernama Sumpah Palapa.
Dalam sumpah Amukti Palapa itu, Gajah Mada berpantang bersenang-senang memikirkan diri sendiri dan akan berpuasa selama cita-cita negara belum sampai.
Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih menggantikan Mpu Nala. Saat momen inilah, Sang Patih mengucapkan Sumpah Palapa yang terkenal. Sumpah Palapa itu diucapkan di muka para menteri dan di tengah-tengah paseban.
Arti sumpah itu yakni, "Saya baru akan berhenti berpuasa makan buah Palapa jikalau seluruh Nusantara takluk di bawah kekuasaan negara (Majapahit)," (Yamin; 1977;51).
Supah yang diucapkan Gajah Mada setelah resmi menjabat Amangkubumi itu mampu membungkam kecongkakan para pembesar kerajaan Majapahit yang awalnya mencemooh dan menertawakannya.
Pendopo Agung Trowulan, Saksi Bisu Sumpah Palapa Gajah Mada yang Menggetarkan Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa berdasarkan pengkajian mendalam agar Kerajaan Majapahit menguasai 10 wilayah penting di bawah panji Nusantara.
Editor : Sefnat Besie