KEFAMENANU, iNewsTTU.id- Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya dimasa pemerintahan Raja Hayem Wuruk dengan patihnya yang terkenal Gajah Mada yang memiliki cita-cita mempersatukan seluruh nusantara.
Cita-cita mempersatukan nusantara kala itu dikenal dengan Sumpah Palapa oleh sang Mahapatih Gajah Mada.
Pengucapan Sumpah Palapa yang menggetarkan para pejabat Majapahit diyakini berlokasi di sebuah bangunan di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Pendopo Agung Trowulan, saksi bisu Sumpah Palapa Gajah Mada yang menggetarkan Mahapatih Gajah Mada. Saat itu Gajah Mada yang diangkat menjadi Mahapatih menggantikan Mpu Nala bersumpah di tempat yang kini menjadi Pendopo Agung Trowulan di Dusun Ngelinguk, Desa Sentonorejo.
Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa disaksikan Raja Majapahit saat itu, Tribuana Tungga Dewi dan para pembesar dan pejabat kerajaan di petilasan yang jadi Pendopo Agung Trowulan.
Pendopo Agung Trowulan ini dibangun oleh Kodam V Brawijaya melalui Yayasan Bina Mojopahit pada 1964 hingga 1973. Bangunan Pendopo Agung Trowulan berbentuk joglo yang tiang utama atau soko gurunya beralaskan batu umpak peninggalan Kerajaan Majapahit.
Di bagian belakang bangunan Pendopo Agung Trowulan terdapat dinding dengan relief mengisahkan sejarah Kerajaan Majapahit. Salah satu relief mengisahkan penobatan Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit pada tanggal 15, bulan Kartika, tahun 1215 saka atau sekitar 10 November 1293.
Pendopo Agung Trowulan, Saksi Bisu Sumpah Palapa Gajah Mada yang Menggetarkan Sedangkan di bagian belakang Pendopo Agung Trowulan terdapat bangunan joglo yang diyakini dulunya menjadi tempat Raja Brawijaya bersemedi untuk mendapatkan petunjuk membuka pemukiman di hutan tarik, yang jadi awal berdirinya Kerajaan Majapahit.
Pendopo Agung Trowulan ini berdiri di atas situs yang diyakini merupakan lokasi pembacaan Sumpah Palapa oleh Mahapatih Gajah Mada.
“Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, ring Sunda, ring Palembang, ring Tumasik, samana isun amukti palapa.”
Peninggalan Kerajaan Majapahit lainnya yang saat ini ada di Pendopo Agung Trowulan yakni patok batu.
Konon patok batu segi enam yang menancap dengan kemiringan sekitar 60 derajat itu diyakini merupakan tempat untuk mengikat gajah yang dinaiki Gajah Mada dengan tali agar tidak berkeliaran.
Mohamad Yamin dalam bukunya "Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara" menjelaskan bahwa sumpah Gajah Mada itu bernama Sumpah Palapa.
Dalam sumpah Amukti Palapa itu, Gajah Mada berpantang bersenang-senang memikirkan diri sendiri dan akan berpuasa selama cita-cita negara belum sampai.
Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih menggantikan Mpu Nala. Saat momen inilah, Sang Patih mengucapkan Sumpah Palapa yang terkenal. Sumpah Palapa itu diucapkan di muka para menteri dan di tengah-tengah paseban.
Arti sumpah itu yakni, "Saya baru akan berhenti berpuasa makan buah Palapa jikalau seluruh Nusantara takluk di bawah kekuasaan negara (Majapahit)," (Yamin; 1977;51).
Supah yang diucapkan Gajah Mada setelah resmi menjabat Amangkubumi itu mampu membungkam kecongkakan para pembesar kerajaan Majapahit yang awalnya mencemooh dan menertawakannya.
Pendopo Agung Trowulan, Saksi Bisu Sumpah Palapa Gajah Mada yang Menggetarkan Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa berdasarkan pengkajian mendalam agar Kerajaan Majapahit menguasai 10 wilayah penting di bawah panji Nusantara.
Sepulu daerah tersebut yakni Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik.
Wilayah Gurun yang dimaksud adalah Pulau Lombok sekitarnya. Seram adalah kerajaan di wilayah kepala Burung, Papua, sedangkan Tanjung Pura wilayah Kalimantan.
Haru masuk wilayah Pantai Timur Sumatera, Pahang masuk wilayah semanjung Melayu yang kini masuk Malaysia. Dompu masuk Sumbawa, dan Sunda di Jabar, Palembang di Sumsel dan Tumasik kini masuk Singapura. Semua wilayah itu menurut obsesi Gajah Mada harus tunduk dan dibawah panji kekuasaan Majapahit.
Gajah Mada tidak asal bidik 10 wilayah tadi yang harus masuk dalam kekuasaan Majapahit. Sebab, ke 10 wilayah itu dulunya bekas kerajaan besar yang mempunyai sejarah lebih tua dari Kerajaan Majapahit.
Pada zaman Majapahit di bawah Raja Hayam Wuruk, Majapahit sekali lagi menyerang dan menundukkan Pulau Dewata. Berturut-turut Dompu, Sumbawa juga ditaklukkan tentara Majapahit.
Berangsur-angsur, Gajah Mada berhasil memimpikan ambisinya menyatukan Nusantara di bawah panji Majapahit, dalam menuntaskan misinya itu, Gajah Mada membutuhkan waktu 21 tahun.
Ambisi Gajah Mada menyatukan kerajaan nusantara tidak lah mudah, karena sejumlah kerajaan menolak untuk tunduk dan mengakui kekuasaan Majapahit. Sehingga harus melewati pertempuran sengit.
Seperti saat menyerang dan bertempur dengan pasukan Kerajaan Samudra Pasai dan Kerajaan Bali Aga.
Sumber: Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara (Mohammad Yamin), disparpora.mojokertokab, travelingyuk, dan berbagai sumber diolah.
Editor : Sefnat Besie