Simak Kisah Pemandu Wisata Dalam Film Dokumenter yang Diproduksi oleh Imaji Papua

“Selebihnya, untuk menyelesaikan film ini kami mendapatkan dukungan pendanaan dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melalui Program Lensa Kreatif 2022,” terangnya.
Yulika menambahkan tujuan penggarapan film ini ialah untuk membuka sebuah wacana tentang pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif Papua melalui kaca mata pemandu wisata.
“Bagi saya, sosok Demi Wasage merepresentasikan lebih kurang 100-an anak - anak Papua yang terjun dalam dunia guide dan fixer. Mereka adalah penggerak pariwisata dan ekonomi kreatif, membuka lapangan kerja sehingga warga yang tinggal di pelosok kampung dan pedalaman mempunyai pendapatan dari sektor pariwisata yang multiplayer effect,” tandasnya.
Sementara itu tokoh utama dalam film ini Demianus Wasage mengatakan pihaknya tidak mendapatkan kendala yang berarti saat dilakukan proses syuting.
“Saya sudah terbiasa mengantarkan rombongan turis yakni fotografer dan youtuber, jadi saya merasa tidak sulit menyesuaikan diri dengan kamera, bahkan ketika harus mengambil footage video sendiri untuk film ini, saya bisa kerjakan dengan mudah,” terangnya.
Ia melihat film ini sebagai suara hati guide dan fixer yang bekerja di industri pariwisata Papua.
“Saya mengingat saat pandemi covid-19 jumlah kunjungan turis menurus drastis, bahkan sempat tidak ada kunjungan. Pasca pandemi, saya berharap industri pariwisata di Papua semakin berkembang, jumlah kunjungan turis semakin meningkat. Industri pariwisata adalah multiplayer effect. Jika agen perjalanan mendapatkan klien, tentu pelaku ekraf lainnya juga akan terdampak, misalnya saja hotel, guide lokal, fixer, porter, dll,” terangnya.
Film Dokumenter Demianus Wasage’s Journey - Touch The Heart of Papua Land diproduksi oleh Imaji Papua dengan arahan sutradara Yulika Anastasia, Director of Photography John Steven Rogi, Editor Jeane Marien, Asisten Produksi Nunung Kusmiaty dan Music Director Markus Rumbino. Film ini telah selesai diproduksi dan akan segera dirilis.
Adapun keunikan dalam Film dokumenter ini adalah penonton diajak mengunjungi Sentani (Kab Jayapura), Elelim (Kab Yalimo), Koroway (Asmat), Pegunungan Arfak dan Manokwari Selatan Provinsi Papua Barat.
Film dipresentasikan dalam 3 bahasa, yakni bahasa Yali, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (dominan)
Sekedar untuk diketahui, crew dalam pembuatan film dokumenter tersebut terdiri dari Produser/Sutradara: Yulika Anastasia II, Director of Photography : John Steven Rogi, Sound Recordist/ Editor : Jeane Marien, Asisten Produksi : Nunung Kusmiaty, Music Director : Markus Rumbino, footage video: Demianus Wasage.***
Editor : Sefnat Besie