Pernikahan diputuskan tanggal 19 Juni 1947 di Jalan Lowokwaru IV/2 Malang. Banyak kawan-kawan beliau dari BPRI dan PMI (Teman-teman istrinya) yang hadir, tetapi bukan berarti mudah menjadi istri Bung Tomo karena masih diburu-buru Belanda, mereka harus pindah ke Yogyakarta.
Untuk urusan dapur Bung Tomo memang jago memasak rawon, lodeh, sayur asem, sambel goreng taoco. Bahkan beliau sendiri yang mengajari istrinya memasak.
“Waktu kecil aku sering ikut ibu membantu orang yang punya hajat perkawinan. Mereka sering kali bilang, kalau perempuan yang bisa mengulek pasti pandai melayani suami di tempat tidur. Makanya kamu harus pandai memasak supaya aku betah di rumah,” ucap Bung Tomo kepada istrinya.
Ada satu bagian dimana Bung Tomo masuk penjara dikarenakan keberaniaanya mengkritik pemerintahan saat itu yang justru membuatnya memperdalam agama islam selama didalam bui.
“Waktu bebas, aku tidak mempunyai kesempatan membaca, nah sekarang kesempatan itu ada dan harus ku pergunakan. Tuhan memberi cobaan, tentu ada hikmahnya.”
Bung Tomo wafat di Arab Saudi saat menunaikan ibadah haji. “You are a hero, a patriot, a great lover sampai hari akhirmu” tulis istri Bung Tomo di suratnya yang akhir.
Editor : Sefnat Besie