JAKARTA, INEWSTTU.ID- Perang tidak akan pernah bisa memutuskan dua orang yang sedang jatuh cinta, meski perang komunikasi lewat surat tetap berjalan.
SUTOMO alias Bung Tomo dikenal sebagai salah satu pahlawan dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Dia garang di medan pertempuran, tapi jarang yang tahu Bung Tomo punya sisi romantis yang disalurkan dalam surat cintanya.
Kisah ini, diceritakan di majalah Tarbawi Edisi Khusus “Keajaiban Surat Cinta: Kisah Para Pejuang Muslim…”
Dalam surat cinta itu, beberapa kalimat puitis yang ditulis Bung Tomo di antaranya: “Datanglah. Waktuku amat sempit. Ada yang ingin aku ceriterakan padamu” atau, “Aku rindu padamu tetapi tak punya waktu,. Bisa Jeng menemuiku?”.
Surat-surat kecil selalu dikirim Bung Tomo saat di front pertempuran lewat Cak Ri (Anak buah Bung Tomo) kepada Sulistina (Kekasih Bung Tomo). Selain selembar surat, selalu ada saja oleh-oleh seperti payung Tasikmalaya atau Batik solo yang ia bawa selepas pulang dari front.
Untuk diketahui, Bung Tomo bertemu dengan kekasihnya ini saat terjadi pertempuran di Surabaya (1945), saat itu Sulistiani tergabung dalam PMI.
Hingga suatu saat beliau mengirimkan surat: "Jeng Lies aku cinta padamu. nanti kalau perang sudah usai. Dan…Kita akan membuat Mahligai”.
“Tak terlalu tinggi cita-citaku. Impianku kita punya rumah diatas gunung. Jauh dari keramaian. Rumah yang sederhana seperti pondok. Hawanya bersih, sejuk dan pemandangannya Indah. Kau tanam bunga-bunga dan kita menanam sayur sendiri. aku kumpulkan muda-mudi kudidik mereka menjadi patriot bangsa,”
Pernikahan diputuskan tanggal 19 Juni 1947 di Jalan Lowokwaru IV/2 Malang. Banyak kawan-kawan beliau dari BPRI dan PMI (Teman-teman istrinya) yang hadir, tetapi bukan berarti mudah menjadi istri Bung Tomo karena masih diburu-buru Belanda, mereka harus pindah ke Yogyakarta.
Untuk urusan dapur Bung Tomo memang jago memasak rawon, lodeh, sayur asem, sambel goreng taoco. Bahkan beliau sendiri yang mengajari istrinya memasak.
“Waktu kecil aku sering ikut ibu membantu orang yang punya hajat perkawinan. Mereka sering kali bilang, kalau perempuan yang bisa mengulek pasti pandai melayani suami di tempat tidur. Makanya kamu harus pandai memasak supaya aku betah di rumah,” ucap Bung Tomo kepada istrinya.
Ada satu bagian dimana Bung Tomo masuk penjara dikarenakan keberaniaanya mengkritik pemerintahan saat itu yang justru membuatnya memperdalam agama islam selama didalam bui.
“Waktu bebas, aku tidak mempunyai kesempatan membaca, nah sekarang kesempatan itu ada dan harus ku pergunakan. Tuhan memberi cobaan, tentu ada hikmahnya.”
Bung Tomo wafat di Arab Saudi saat menunaikan ibadah haji. “You are a hero, a patriot, a great lover sampai hari akhirmu” tulis istri Bung Tomo di suratnya yang akhir.
Editor : Sefnat Besie