KEFAMENANU, iNewsTTU.id – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT menggelar berbagai kegiatan dan Salah satunya bedah buku yang ditulis oleh Yohanes Sanak dan Wilfridus Silab, Rabu (10/12/2025) di Aula Dinas Perpustakaan TTU.
Acara ini merupakan rangkaian dari kegiatan literasi yang melibatkan siswa SMP, SMA, mahasiswa, hingga masyarakat umum.
Dua pembedah yang hadir, yakni Marianus Sengkoen dan Dr. Vincentius Mauk, S.Pd dari Prodi PBSI Unimor, memberikan catatan kritis dan masukan mendalam terhadap karya yang dibahas dalam buku yang dituliskan oleh penulis.
Kegiatan itu mengusung tema Menelusuri Identitas Budaya Atoin Meto dalam Kearifan Lokal Timor.
Salah satu buku setebal 118 halaman karya Yohanes Sanak yang memuat beragam aspek budaya Atoin Meto, mulai dari politik, kepercayaan, bahasa, hingga olahraga dan permainan tradisional.
Dalam sesi bedah buku, kedua pembedah menyoroti beberapa hal penting, di antaranya aspek tata bahasa serta ukuran huruf yang dinilai masih terlalu kecil untuk pembaca.
Penulis Jelaskan Proses Panjang Penelitian
Yohanes Sanak, salah satu penulis, usai kegiatan menjelaskan bahwa proses penelitian buku tersebut memakan waktu hampir 10 tahun.
“Proses penelitiannya lama karena kami sempat menulis dengan judul lain, tetapi beberapa materi masih saling terkait, sehingga kami padukan dan baru terbit tahun 2024. Finalisasi sudah dimulai sejak 2022,” ungkapnya.
Yohanes menyampaikan apresiasi kepada Dinas Perpustakaan yang telah mengundang mereka dalam kegiatan bedah buku.
Ia berharap masukan dari para pembedah dapat menjadi dasar untuk menerbitkan edisi revisi di masa mendatang.
“Buku ini adalah dokumen payung kebudayaan, khususnya untuk masyarakat TTU. Ke depan masih ada belasan judul lain yang bisa dikembangkan. Kami berharap ada peneliti muda yang terdorong untuk ikut mendalami budaya ini,” tambahnya.
Dorongan Lahirnya Kader Peneliti Budaya
Yohanes juga mengungkapkan kegelisahan bersama rekan penulis Wilfridus Silab mengenai regenerasi peneliti budaya.
“Pak Wily sudah hampir 70 tahun, saya 50 tahun. Setelah kami, siapa lagi? Karena itu kami mendorong dosen dan peneliti muda agar mengambil bagian dalam pendokumentasian budaya,” ujarnya.
Kadis Perpustakaan: Dorong Literasi dan Penguatan Kearifan Lokal TTU
Kepala Dinas Perpustakaan TTU, Amandus Afeanpah, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari tiga agenda utama yang digelar hari itu.
Pertama, kegiatan peningkatan akses pendidikan melalui peran perpustakaan sebagai bagian dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Kedua, lokakarya digitalisasi perpustakaan dan literasi digital yang menghadirkan narasumber dosen IT Unimor. Peserta terdiri dari pelajar SMP/SMA dan masyarakat umum.
Ketiga, kegiatan bedah buku karya Yohanes Sanak dan Wilfridus Silab.
Amandus menegaskan bahwa kegiatan ini lahir dari keprihatinan terhadap banyaknya cerita rakyat TTU—atau Kearifan Lokal—yang beredar tanpa status ISBN maupun kejelasan penerbitan.
“Ini yang memicu kami untuk mengumpulkan para penulis dan pegiat literasi agar menghidupkan kembali Tarifun Lokal TTU, terutama dalam bentuk buku yang terdokumentasi dengan baik,” jelasnya.
Ia berharap kegiatan seperti ini dapat terus mendorong budaya literasi sekaligus memperkaya referensi tentang identitas budaya TTU.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait
