get app
inews
Aa Text
Read Next : Korem 161 Wira Sakti Peringati Hari Juang TNI AD ke 80 Tahun 2025

Menteri PU Perintahkan Desain Sabodam, Cegah Banjir Susulan di Nagekeo NTT

Senin, 22 September 2025 | 12:06 WIB
header img
Banjir Bandang Nagekeo Jadi Prioritas Nasional, Pemerintah Siapkan Solusi Permanen, Senin (22/09/2025). Foto: Eman Suni

KUPANG,iNewsTTU.id--  Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Nusa Tenggara II, Parlinggoman Simanungkalit, menyampaikan bahwa pemerintah pusat melalui Kementerian PU akan menyiapkan penanganan permanen untuk mengantisipasi bencana banjir bandang di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Hal itu disampaikan Parlinggoman usai mendampingi kunjungan kerja Menteri Pekerjaan Umum  (PU) di NTT. Meski salah satu agenda kunjungan ke Bendungan Manikin batal dilaksanakan, ia menegaskan perhatian besar pemerintah, termasuk Presiden Prabowo Subianto, terhadap penanganan bencana di NTT.

“Pak Presiden berpesan agar kehadiran negara benar-benar dirasakan masyarakat, khususnya di daerah terdampak bencana. Semua jembatan yang belum berfungsi akan segera difungsikan, dan sungai yang mengalami perubahan morfologi akan dipulihkan kembali,” ujar Parlinggoman, Senin (22/9/2025).


Menurutnya, banjir bandang yang melanda Nagekeo membawa material besar berupa pasir dan batu-batu besar (boulder) yang diduga berasal dari aktivitas vulkanik gunung berapi di hulu sungai. Peristiwa itu menyebabkan sedikitnya 40 rumah tersapu banjir.

Untuk mencegah kejadian serupa, Menteri PU memerintahkan BBWS Nusa Tenggara II segera mendesain sabodam di kawasan hulu sungai. Rancangan detail (Detail Engineering Design/DED) ditargetkan selesai pada tahun 2026.

“Pembangunan sabodam membutuhkan waktu yang lama. Paling tidak, desainnya sudah selesai pada 2026 sehingga bisa diajukan anggarannya. Harapannya, ke depan tidak terjadi lagi banjir bandang seperti kemarin,” jelasnya.

Penanganan Darurat dengan Dana Balai

Sambil menunggu program permanen, BBWS akan melakukan penanganan darurat dengan memanfaatkan dana yang tersedia di tingkat balai. Langkah itu termasuk memperbaiki profil sungai agar aliran air kembali normal.

“Kami tidak punya anggaran khusus untuk rehabilitasi penuh, tapi untuk sementara kami gunakan dana balai agar masyarakat bisa lebih aman ketika hujan deras kembali datang,” katanya.


Selain infrastruktur, Parlinggoman menekankan pentingnya dukungan pemerintah daerah dalam hal pemeliharaan, serta memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak mendirikan rumah di kawasan rawan banjir.

“Banyak rumah yang tersapu banjir ternyata berdiri di daerah bantaran sungai yang sebetulnya merupakan ruang alami air. Kadang masyarakat melihat sungai kering bertahun-tahun, lalu merasa aman membangun rumah, padahal banjir besar bisa terjadi setiap 10 hingga 25 tahun,” jelasnya.


Ia juga menyinggung bahwa bencana hidrometeorologi dan geologi saat ini tidak hanya menimpa NTT, tetapi juga wilayah lain seperti Bali, Papua, dan Jawa. Bahkan, salah satu bencana di Bali baru-baru ini menelan korban jiwa terbanyak.

“Pemerintah pusat ingin memastikan bahwa negara hadir di tengah penderitaan masyarakat, termasuk di Nagekeo. Karena itu, penanganan permanen tetap menjadi prioritas, walaupun dana baru bisa diajukan setelah desain selesai,” pungkasnya.

Editor : Sefnat Besie

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut