Program Quik Win Melki-Johni Buka Jalan Bagi Anak NTT ke Universitas Nasional dan Sekolah Kedinasan

KUPANG,iNewsTTU.id-- Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di bawah kepemimpinan Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena dan Wakil Gubernur Johni Asadoma menorehkan capaian monumental di sektor pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Melalui Program Quick Win, sebuah inisiatif percepatan berbasis pelayanan publik, NTT sukses mengantar ribuan putra-putri daerah menembus seleksi nasional masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN), institusi TNI, Polri, serta sekolah-sekolah kedinasan terkemuka di Indonesia.
Data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT menunjukkan, sebanyak 4.642 siswa asal NTT berhasil diterima di perguruan tinggi melalui jalur SNBP dan SNBT pada tahun 2025. Sementara itu, 124 siswa lainnya dinyatakan lolos seleksi ketat masuk TNI, Polri, serta sekolah kedinasan seperti STAN, IPDN, dan STIS yang menunjukkan sebuah lonjakan signifikan dari tahun-tahun sebelumnya yang tak pernah menembus angka 100.
Capaian ini merupakan hasil langsung dari pelaksanaan Program Pendampingan Masuk PTN, TNI, Polri, dan Sekolah Kedinasan yang dimulai sejak Maret 2025. Program ini merupakan bagian strategis dari kerangka kerja Quick Win, dirancang untuk menghapus berbagai hambatan klasik seperti kurangnya informasi, minimnya persiapan fisik dan akademik, serta keterbatasan ekonomi.
Pendampingan Terstruktur dan Kolaboratif
Sebanyak 2.137 siswa dari 22 kabupaten/kota di NTT mengikuti pendampingan intensif, mulai dari pemetaan minat, simulasi tes berbasis CAT, bimbingan fisik oleh TNI/Polri, hingga try out nasional bekerja sama dengan Ruangguru.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Ambros Kodo, menegaskan bahwa program ini bukan sekadar bimbingan teknis, melainkan bentuk transformasi karakter generasi muda.
“Kami tidak ingin ada anak NTT yang gagal karena keterbatasan informasi atau pembinaan. Pendampingan ini dirancang dari hulu ke hilir: pemetaan, pembinaan akademik-fisik, hingga simulasi tes nasional,” ujar Ambros.
Ambros juga menyebut bahwa keberhasilan ini menjadi pijakan awal menuju sistem pendampingan berkelanjutan yang nantinya akan masuk dalam agenda tahunan prioritas pendidikan NTT, dengan dukungan APBD khusus.
Kesuksesan Quick Win tak lepas dari sinergi berbagai pemangku kepentingan: mulai dari TNI, Polri, kampus-kampus lokal dan nasional, alumni sekolah kedinasan, hingga lembaga pelatihan dan komunitas psikolog.
Satuan tugas lintas sektor dibentuk sejak awal tahun, bertugas membina siswa sesuai bidang masing-masing. Try out dan simulasi seleksi dilakukan serentak di seluruh kabupaten/kota dengan partisipasi aktif kepala sekolah, pengawas, dan orang tua.
Sekolah pun diwajibkan melakukan sosialisasi sejak kelas X tentang jalur masuk PTN, kedinasan, hingga akademi militer dan kepolisian, guna membangun kesiapan sejak dini.
Meski begitu, tantangan masih tersisa. Fasilitas latihan fisik di sekolah, jaringan internet di daerah terpencil, serta kurangnya pelatih profesional masih menjadi hambatan. Untuk itu, Pemprov NTT tengah merumuskan lima strategi lanjutan:
1. Menetapkan program sebagai bagian dari RPJMD.
2. Membangun platform digital pendampingan.
3. Memperluas kemitraan dengan institusi pendidikan dan keamanan.
4. Meningkatkan kapasitas guru BK dan wali kelas.
5. Menyediakan skema pendampingan berbasis kebutuhan lokal.
Resonansi dari Kampus dan Masyarakat
Akademisi dan Rektor Universitas Aryasatia Deo Muri (UNADRI), Dr. Patrisius Kami, menyebut program Quick Win sebagai bentuk nyata reformasi birokrasi yang menyentuh kebutuhan dasar rakyat.
“Ini bukan hanya soal percepatan layanan, tapi tentang kesadaran bahwa negara wajib hadir secara adil dalam membangun sumber daya manusia,” ungkapnya.
Ia mengingatkan bahwa keberhasilan program tidak boleh berakhir di periode kepemimpinan, tetapi harus dikawal sebagai warisan pembangunan yang berakar pada nilai keadilan sosial dan karakter keindonesiaan.
Salah satu peserta sukses, Remalya Eklesiawati Bajoanita Latupeirissa, lulusan SMAN 1 Kupang yang diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), menjadi saksi hidup keberhasilan program ini.
“Quick Win ini benar-benar membantu kami. Ada bimbingan UTBK, simulasi tes, hingga pendampingan mental. Kami merasa diperhatikan,” ujar Remalya.
Ia berharap program ini terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak wilayah 3T agar seluruh anak NTT punya kesempatan yang sama menatap masa depan.
Gubernur NTT dalam peluncuran program di SMAN 3 Kupang menyampaikan bahwa target ke depan adalah peningkatan partisipasi pendidikan tinggi berbasis penugasan negara setiap tahun. Ini menjadi bagian dari visi besar pembangunan manusia NTT yang unggul, setara, dan siap bersaing.
Dengan semangat kolaborasi dan kerja terukur, Program Quick Win bukan sekadar program birokrasi, tetapi gerakan nyata membangun masa depan. Dari Kupang hingga pelosok Alor, dari Lembata hingga Sumba, anak-anak NTT kini membawa mimpi besar mereka ke panggung nasional baik itu sebagai dokter, taruna, analis data, hingga prajurit bangsa.
Dan pada waktunya nanti, mereka akan kembali ke tanah kelahiran dan berseru bersama:
“Ayo Bangun NTT!”
Editor : Sefnat Besie