get app
inews
Aa Text
Read Next : Candi Borobudur Dikelilingi Ribuan Umat Buddha untuk Ritual Persembahan Keliling

Candi Borobudur Bukti Kejayaan Jejak Raja-Raja Mataram Kuno

Selasa, 10 Juni 2025 | 08:51 WIB
header img
Misteri Candi Borobudur Menarik Untuk Dibahas. Foto: Ist


MAGELANG, iNewsTTU.id – Kerajaan Mataram Kuno, atau yang juga dikenal sebagai Kerajaan Medang, memiliki jejak sejarah yang panjang dan monumental dalam peradaban di Pulau Jawa. Kejayaan raja-raja Mataram ini berakar kuat sejak masa Jawa bagian tengah dan kemudian berlanjut hingga ke timur, meninggalkan warisan budaya yang tak ternilai.

Sosok Mpu Sindok menjadi tokoh sentral dalam perpindahan pusat kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Pemindahan ibu kota ini didorong oleh beberapa faktor, di antaranya letusan gunung berapi yang dahsyat dan konflik kekuasaan yang mengancam stabilitas kerajaan.

Sanjaya hingga Samaratungga: Awal Mula Kejayaan Dinasti Mataram

Sejarah raja-raja Mataram Kuno diawali oleh Sanjaya, yang dikenal sebagai pendiri Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Medang. Di bawah kepemimpinannya, fondasi kerajaan yang kuat mulai dibangun.

Kejayaan Mataram kemudian berlanjut di bawah pemerintahan Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra. Pada masa inilah, proyek pembangunan salah satu mahakarya arsitektur dunia, Candi Borobudur, mulai dikerjakan.

Raja ketiga, Rakai Panunggalan alias Dharanindra, memperluas wilayah kekuasaan Mataram dengan menaklukkan Sriwijaya dan memperluas pengaruhnya hingga ke Campa dan Kamboja.

Pemerintahan dilanjutkan oleh Rakai Warak atau Samaragrawira, yang merupakan ayah dari Balaputradewa. Kemudian, Samaratungga atau Rakai Garung memerintah dari tahun 792 hingga 835 Masehi. Pada masa Samaratungga inilah, pembangunan Candi Borobudur berhasil diselesaikan pada tahun 825 Masehi. Untuk memperkuat aliansi politik, Samaratungga juga menikahi Dewi Tara dari Sriwijaya.

Putri Samaratungga, Pramodawardhani, kemudian menikah dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya. Pernikahan ini menandai titik awal kebangkitan kembali pengaruh Wangsa Sanjaya dalam struktur kekuasaan Mataram.

Rakai Pikatan atau Mpu Manuku menjadi raja keenam, namanya tercatat dalam Prasasti Mantyasih dan Prasasti Argapura. Ia kemudian digantikan oleh Rakai Kayuwangi atau Dyah Lokapala yang naik takhta pada tahun 856 Masehi, sebagaimana tercatat dalam Prasasti Siwagerha.

Setelah perebutan kekuasaan antarputra Rakai Pikatan, Rakai Watuhumalang menjadi raja kedelapan. Kemudian, Rakai Watukura Dyah Balitung menjadi raja kesembilan yang memindahkan pusat kerajaan ke Poh Pitu, wilayah Kedu.

Mpu Daksa naik takhta menggantikan saudara iparnya, dan namanya sering disebut bersama istri Balitung dalam beberapa prasasti. Raja ke-11 adalah Rakai Layang Dyah Tulodong, yang diduga merupakan menantu Mpu Daksa dan mendapat gelar Rakai Layang.

Rakai Sumba Dyah Wawa menjadi raja ke-12, berdasarkan Prasasti Wulakan. Namun, catatan sejarah mengenai pemerintahannya cukup minim.

Mpu Sindok dan Akhir Kejayaan Mataram Kuno

Mpu Sindok, raja ke-13, menjadi tokoh kunci dalam perpindahan pusat kerajaan ke Jawa Timur. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap letusan gunung berapi yang dahsyat dan tekanan dari peperangan yang terus-menerus.

Setelah Mpu Sindok, takhta dilanjutkan oleh menantunya, Sri Lokapala, yang berasal dari Bali. Prasasti Gedangan tahun 950 Masehi mencatat anugerah desanya untuk pendeta Buddha.

Makuthawangsawardhana menjadi raja ke-15, yang namanya hanya disebut dalam Prasasti Pucangan sebagai kakek dari Airlangga.

Raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno adalah Dharmawangsa Teguh. Tragisnya, ia tewas saat pesta pernikahan putrinya dengan Airlangga diserang oleh Raja Wurawuri dari Lwaram. Airlangga, yang berhasil selamat dari serangan tersebut, kemudian mendirikan Kerajaan Kahuripan. Peristiwa inilah yang menjadi penanda akhir dari kejayaan Kerajaan Mataram Kuno.

Candi Borobudur: Bukti Nyata Kejayaan Raja-raja Mataram

Kejayaan raja-raja Mataram Kuno tidak hanya tercatat dalam naskah-naskah kuno dan prasasti, tetapi juga meninggalkan bukti fisik monumental. Candi Borobudur berdiri megah sebagai saksi bisu kekuasaan dan kejayaan budaya mereka.

Jejak raja-raja Mataram Kuno, dari Sanjaya hingga Dharmawangsa Teguh, terus menjadi warisan sejarah yang tak ternilai, membentuk fondasi peradaban Nusantara yang agung dan kaya.

 

 

Editor : Sefnat Besie

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut