JAKARTA, iNewsTTU.id--Penggunaan wig atau rambut palsu semakin populer, baik untuk keperluan fashion maupun untuk menambah rasa percaya diri, terutama bagi mereka yang mengalami masalah rambut seperti kebotakan.
Namun, muncul kekhawatiran di kalangan masyarakat mengenai asal-usul rambut yang digunakan dalam pembuatan wig. Banyak yang takut bahwa wig dibuat dari rambut orang yang sudah meninggal.
Peggy Widjaja, pendiri Beauty Crown, berusaha menjawab kekhawatiran ini dalam acara Grand Opening Beauty Crown yang baru saja digelar. Peggy menjelaskan bahwa rambut orang yang sudah meninggal tidak mungkin digunakan untuk membuat wig.
"Kalau rambut orang yang meninggal itu pasti sudah rontok, tipis, dan berwarna putih, jadi nggak mungkin dijadiin wig," ujarnya.
Peggy menjelaskan bahwa rambut yang digunakan untuk membuat wig berasal dari orang yang menjual rambutnya. Prosesnya sederhana, rambut dipotong dalam bentuk ponytail lalu dijual dan dijadikan wig.
"Jadi kalau rambut orang meninggal itu (tidak), susah sekali. Dan kualitas rambutnya tidak bagus," tambahnya.
Tidak semua rambut bisa dijadikan wig. Dalam proses pembuatannya, rambut yang digunakan harus berkualitas tinggi. Untuk satu wig saja, sering kali diperlukan rambut dari dua sampai tiga orang yang berbeda.
"Rambut juga ada gradenya dari satu sampai tujuh. Dalam pengerjaannya rambut orang ada yang panjang, pendek, berlayer jadi nggak bisa dipakai semua pas dijahit menggunakan tangan. Dan biasanya dalam satu toupee menghabiskan waktu pengerjaan hingga satu bulan," jelas Peggy.
Dengan penjelasan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami proses pembuatan wig dan menghilangkan kekhawatiran mengenai penggunaan rambut dari orang yang sudah meninggal.
Hal ini juga menunjukkan pentingnya kualitas dan proses pemilihan rambut dalam pembuatan wig untuk memastikan hasil yang terbaik dan nyaman digunakan oleh pemakainya.
Editor : Sefnat Besie