VATIKAN, iNewsTTU.id - Paus Fransiskus mengadakan pertemuan penuh emosi hari Jumat lalu (17/11/2023)dengan Mbengue Nyimbilo Crepin (30), seorang migran Afrika yang mengalami tragedi kehilangan istri dan putrinya dalam perjalanan berbahaya melintasi gurun di Tunisia.
Crepin, yang berasal dari Kamerun, telah menjadi saksi kekejaman krisis Anglophone di negaranya, yang mendorongnya untuk meninggalkan tanah kelahirannya.
Pertemuan tersebut, yang berlangsung di kediaman Paus di Casa Santa Marta di Kota Vatikan, menyoroti ketidakadilan dan penderitaan yang dialami oleh banyak migran yang mencari kehidupan yang lebih baik.
Dalam kisahnya yang menguras air mata, Crepin, yang akrab dipanggil "Pato" oleh media Italia, menceritakan perjalanan pahitnya.
Setelah bertemu istrinya, Matyla, di kamp migran di Libya pada tahun 2016, pasangan ini berusaha menyeberangi Laut Mediterania sebanyak lima kali.
Namun, setiap upaya mereka berakhir di pusat penahanan Libya, termasuk ketika Matyla sedang hamil.
Pada bulan Juli 2023, pasangan ini memutuskan melarikan diri ke Tunisia dengan harapan memberikan akses pendidikan kepada putri mereka, Marie.
Namun, mereka diserang oleh polisi Tunisia, ditinggalkan di gurun terpencil tanpa air, dan mengalami tragedi yang menghancurkan.
“Kami berjalan setidaknya satu jam sebelum saya kehilangan kesadaran, istri dan putri saya mulai menangis. Saya meminta mereka untuk pergi dan tinggalkan saya karena jika mereka tetap tinggal, mereka akan mati bersama saya, jadi yang terbaik adalah mengejar yang lain dan memasuki Libya,” kata Crepin kepada organisasi Pengungsi di Libya.
Editor : Sefnat Besie