KUPANG,iNewsTTU.id- Menciptakan pemerataan dan mensejahterakan ekonomi desa atau kelurahan bukanlah perkara mudah, namun hal tersebut bukan mustahil diwujudkan. Hal ini akan terwujud jika seluruh warga mempunyai tekad bersama untuk memajukan lingkungan tempat mereka tinggal, menyatukan visi dan misi, serta pola pikir yang selaras, dibarengi dengan kerja sama dan kerja keras.
Berangkat dari kemauan untuk membuat kelurahan mereka maju dan sejahtera, membuat lima warga Kelurahan Oenesu, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang yakni Hofni Riwu, Albert Belleh, Filtanus Baun, Markus Baun dan Cornelius Timuli bersehati dan bersepakat untuk mencari solusi atas permasalahan yang menghambat kemajuan kelurahan/ desa tempat mereka tinggal.
Ditemui iNews.id di kediaman Hofni Riwu, Selasa (4/7/2023) kelima petani ini mengungkapkan kegelisahan mereka terkait kondisi lokasi tempat mereka tinggal dan mencari nafkah.
Hofni mengutarakan ada beberapa masalah mendasar yang membuat para petani di tempatnya bermukim, sulit untuk mengembangkan pertanian, salah satunya ialah hewan ternak, yakni sapi yang dibiarkan pemiliknya berkeliaran sehingga memakan dan merusak tanaman mereka seperti buncis, tomat serta cabai.
" Ini salah satu persoalan yang sering kami alami di sini yakni sapi peliharaan yang sering dilepas liar begitu saja oleh pemiliknya sehingga masuk ke perkebunan kami dan memakan semua apa yang kami tanam. Kalau begini terus kita mau tanam apapun pasti sia- sia. Kami cuma minta pengertian dari warga lain yang punya ternak kalau bisa tolong di kandang atau ikat sapi mereka, karena tanpa mereka sadari sapi mereka dapat makan dan hidup, tapi kami yang hidup dari pertanian pasti mati karena gagal panen terus menerus," Ujarnya.
Sementara itu Cornelius Timuli dan Filtanus Baun ingin meminta lurah Oenesu , Jon Feliks Boreni untuk membuat peraturan desa/ kelurahan yang melarang pemilik sapi melepas liarkan hewan peliharaan mereka begitu saja, dan harus dibuatkan kandang sehingga jangan terjadi konflik sosial yang bisa muncul akibat persoalan hewan ternak ini.
" Saya dan rekan- rekan yang lain, dalam waktu dekat ingin bertemu dengan lurah agar bisa mengumpulkan semua orang tua, kakak, adik dan saudara kami yang lain untuk duduk bersama dan merumuskan apa saja yang harus dilakukan agar persoalan sapi yang masuk dan merusak lahan pertanian ini ada solusinya, salah satunya ialah dikeluarkannya peraturan dari lurah agar hewan tersebut bisa diikat atau dibuatkan kandang oleh pemiliknya, agar tidak ada gesekan antara kami petani dan peternak. kita contoh saja Desa Baun dan Amarasi yang sukses karena ada Peraturan Desa yang tegas dari Kepala Desa terkait sapi atau kambing, dimana pemilik hewan akan didenda jutaan rupiah bila masih melepas liarkan hewan mereka dan merusak lahan pertanian masyarakat lainnya, kenapa kita tidak mengadopsi itu saja," Tegas Cornelius.
Sedangkan Filtanus Baun mengutarakan salah satu solusi untuk mengisolir terjadinya masalah antara petani dan peternak, yakni dengan cara membuat kawasan khusus di lahan yang masih kosong untuk ditanami tanaman petes (petai_red) sehingga para pemilik sapi bisa fokus pada kawasan tersebut untuk memelihara hewan peliharaan mereka karena stok pakan ( dedaunan_red) sudah tersedia di lokasi tersebut.
" Kalau saya berpikir begini, kita di Oenesu ini mempunyai banyak lahan kosong, bagaimana kalau kita bersepakat menanam lahan yang kosong dan membuatnya seperti lahan khusus untuk peternakan, kita tanami lahan tersebut dengan pohon petes, dalam kurun waktu sekitar dua tahun, saya yakin lokasi itu bisa menjadi sumber pakan ternak, sekaligus kita reboisasi ( penghijauan_red) lokasi tersebut, sekaligus mencegah terjadinya longsor, ini juga salah satu pemikiran kami agar tidak ada saling kurang enak hati antara pemilik kebun dengan pemilik hewan," tambah Filtanus.
Diatas semua itu para petani ini berharap Kelurahan Oenesu bisa dikenal sebagai sentra pertanian. karena walaupun Oenesu dekat dengan Kota Kupang, namun dalam pemasaran, orang- orang cuma tahu hasil pertanian di Kupang Barat ialah dari Desa Batulesa, hal inilah yang membuat mereka prihatin, padahal Kelurahan Oenesu mempunyai begitu banyak potensi, namun belum di kelola dan dimanfaatkan dengan maksimal.
" Kami semua di sini berharap ada pemerataaan ekonomi bagi semua warga, baik itu petani maupun peternak, selama ini orang- orang di pasar tahu hasil bumi dari Kupang Barat ialah dari Desa Batulesa, sedangkan dari Kelurahan Oenesu tidak ada yang tahu, padahal kami disini punya potensi dan lahan yang luas, tapi belum bisa dimanfaatkan secara optimal, salah satunya juga masalah pemasaran hasil pertanian kami yang masih menemui kendala, kadang kami masih kesulitan mendapatkan peluang pasar. Masalah lain ialah akses jalan yang rusak berat di lokasi kami ini, kalau pemerintah membaca berita ini, semoga mereka tergerak hati untuk membantu kami, karena kalau tidak ada hasil dari petani, orang di kota sana juga akan kesulitan mendapat kebutuhan primer mereka," Pungkas Alberth Belleh.(*)
Editor : Sefnat Besie