get app
inews
Aa Text
Read Next : LAKMAS Apresiasi Bacakada yang Jadi Pelopor dan Penggerak Politik Bersih

Dialog Gagasan Perubahan dan Perbaikan, Anis-AHY Bicara Keberagaman

Jum'at, 03 Maret 2023 | 15:46 WIB
header img
Anis - AHY Bicara Keberagaman dalam dialog gagasan tentang perubahan dan perbaikan yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat. Foto : Ist

JAKARTA,iNewsTTU.id- Dalam dialog gagasan tentang perubahan dan perbaikan yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat yang disiarkan melalui kanal youtube milik Partai Demokrat dan diikuti oleh seluruh Dewan Pimpinan Propinsi (DPD) serta seluruh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat di seluruh Indonesia pada kamis (2/3/2023), dua tokoh perubahan dan perbaikan ANIS-AHY diserang berbagai pertanyaan oleh para jurnalis yang hadir mengikuti kegiatan dialog tersebut di DPP Partai Demokrat.

Salah satu pertanyaan yang menggelitik dilontarkan oleh salah seorang wartawan tentang keberagaman dan politik identitas. Pertanyaan itu dijawab terlebih dahulu oleh Anis Baswedan sebagai tokoh yang akan memimpin perubahan dan perbaikan yang diusung oleh 3 partai Koalisi Perubahan (Nasdem, Demokrat dan PKS).

Anis Rasid Baswedan menjelaskan bahwa didalam setiap kontestasi politik pasti ada polarisasi apa lagi kontestasi yang ada orangnya bahkan kontestasi yang tanpa orang, tanpa agama, tanpa suku, tanpa keyakinan pun mempolarisasi.

" Misalnya di Brexit itu terjadi polarisasi juga di Inggris pada hal tidak ada orangnya. Kalau dalam kontestasi itu ada orangnya sudah pasti terjadi polarisasi. Anis Baswedan menjelaskan lebih lanjut bahwa kalau yang berada didalam kontestasi itu ada laki-laki dan perempuan pasti isu gender yang dominan, kalau dalam kontestasi itu ada suku misalnya batak, sunda, minahasa, jawa pasti isu etnis itu muncul. Kalau didalam pilkada itu antara putra daerah dan putra luar daerah maka isu putra daerah itu muncul dan kalau didalam pemilu itu ada orang beragama maka isu agama itu pasti muncul," Ujar Anis.

"Jadi itu adalah polarisasi yang biasa terjadi, yang penting polarisasi itu dijaga agar tidak menjadi friksi, tidak menjadi konflik, apa lagi menjadi perpecahan. Nah, inilah peran media untuk menjaga agar polarisasi tidak dianggap sebagai perpecahan dan tidak menimbulkan persepsi yang keliru terhadap politik. Jadi bagi yang menang dalam kontestasi, dia akan merangkul semua dan bagi yang kalah dalam kontestasi harus menerima hasilnya. Itulah yang kita kerjakan di Jakarta, harus merangkul semua," tambahnya.

Senada dengan hal itu, AHY memperkuat tentang demokrasi saat ini yang cenderung menurun kualitasnya sesuai observasi, ini bukan hanya penilaian kami sebagai oposisi tetapi ini juga menjadi observasi kalangan internasional. Kita juga tidak selalu katakana bahwa apa yang mereka katakana itu selalu benar, tetapi sebagai warga dunia kita juga harus mendengarkan pandangan (feed back) dari sejumlah Negara, sebab Negara barat juga banyak yang kacau demokrasinya hari ini, misalnya Amerika Serikat, Negara-negara di Eropa banyak yang tidak bisa dijadikan contoh demokrasi yang baik. Tetapi kita juga jangan ikut-ikutan demokrasinya harus mundur kebelakang, bukankah semangat demokratisasi itu tidak akan berakhir sampai kapanpun.

" Demokrasi bukan hanya dijalankan melalui regularitas kepemiluan seperti pemilu lima tahun sekali karena itu hanya salah satu indicator, tetapi pertanyaannya adalah apakah demokrasi itu melahirkan pemimpin-pemimpin terbaik, wakil-wakil rakyat terbaik yang bisa membawa perubahan dan kemajuan. Jika tidak, berarti kita harus koreksi, kita harus melakukan kontenplasi sebagai bangsa agar jangan demokrasi itu tidak menjadi makin tidak jelas arahnya. Berbagai kemunduran terjadi akibat merajalelanya politik uang, akibat tereksploitasinya politik identitas oleh mereka yang punya kekuasaan, yang punya kekuatan termasuk money power dan yang berikut adalah politik fitnah menjadi realitas hari ini yang saling lempar hoax, saling lempar ujaran kebencian dan akhirnya yang harusnya kita bisa jaga bersama kompetisi yang penuh dengan dinamika, yang penuh dengan kompetisi lalu menjadi permusuhan apa lagi diturunkan atau diwariskan sampai ke anak cucunya. Ini semua berbahaya dan mari kita bersama-sama menjaganya jangan sampai demokrasi kita terus menurun kualitasnya, jangan sampai kita terpecah belah," terang AHY.

Sembari mengajak seluruh awak media yang hadir, AHY menyampaikan pesan moral bahwa Kita harus terus membangun literasi politik yang baik terutama bagi pemilih pemula yang akan menjadi komposisi terbesar dalam pemilu 2024 nanti.

" Jangan sampai kita kalah dengan buzzer yang selalu memecah belah sebab jika hal itu terjadi maka harga yang akan dibayar terlalu tinggi dan konsekuensinya bukan hanya 5 tahun atau 10 tahun, bahkan bisa sampai 1 generasi atau dua generasi," tegas AHY.(*)

Editor : Sefnat Besie

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut