KUPANG, iNewsTTU.id--Siswa dari dua sekolah yakni SMK Negeri 1 dan SMK Negeri 2 dikabarkan terlibat tawuran pada senin kemarin, aksi itu diduga dipicu oleh aksi pelemparan batu terhadap siswa SMK Negeri 2 Kupang.
Pasca pelemparan batu, belakang beredar informasi akan adanya aksi tawuran balasan oleh siswa SMk Negeri 2 Kupang.
Menanggapi isu tersebut, Anis Lomi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Negeri 2 Kupang membantah adanya aksi tawuran antar pelajar yang melibatkan para Siswa SMK Negeri 2 dengan SMK Negeri 1 yang terjadi Senin Kemarin.
Anis menyebut, informasi tersebut tidak benar dan informasi itu adalah berita Hoax, bahkan Anis menyatakan bahwa dari pihak sekolah sudah mengultimatum semua anak murid mereka untuk tidak melakukan tindakan balas dendam.
"Apabila masih ada anak murid yang bertindak diluar himbauan tersebut, maka pihak sekolah akan bertindak tegas dengan mengeluarkan anak murid tersebut dari sekolah,"tandas Anis Lomi di Ruang Kerjanya, Selasa, 04/05/2022.
Dia menegaskan, tidak akan ada siswa yang akan melakukan aksi balas dendam kepada anak SMK Negeri 1 Kupang, kalau ada informasi yang beredar akan ada sweeping dan sebagainya itu merupakan berita hoax.
"Saya pastikan itu kabar hoax, tadi Kepala Sekolah sudah berikan pengumuman untuk tidak boleh ada yang melakukan aksi balas dendam, kalau melanggar maka akan kami tindak tegas,"timpal Anis.
Namun pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian sektor kelapa lima agar membantu melakukan pengamanan jika kejadian itu berlangsung di luar jam sekolah.
"Sekalipun anak itu harus dikeluarkan dari sekolah bahkan kami dari pihak sekolah juga sudah berkoordinasi dengan anggota Polsek Kepala Lima guna menciptakan keamanan diluar jam sekolah,"Ujar Anis Lomi.
Guna menciptakan suasana yang kondusif, Kepala sekolah dari SMK Negeri 1 Kupang, Mikson Abineno bersama beberapa guru dan staf menemui Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Kupang, Welem Kana untuk berdialog dan menyelesaikan persoalan ini.
"Pembicaraan tadi terkait penanganan bagi para siswa agar tidak terjadi hal- hal yang merugikan siswa itu sendiri, dan nama lembaga pendidikan,"tegas Anis Lomi.
Editor : Sefnat Besie