FLORES, iNewsTTU.id - Pulau Flores digadang-gadang akan ditargetkan sebagai Destinasi Utama Wisata Religi Katolik di Indonesia oleh Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF).
Seperti diketahui, agama Katolik menjadi agama mayoritas di Flores. Lantas, apa saja potensi wisata religi dari Pulau yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini?
Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh, menyampaikan, bahwa Pulau Flores memiliki potensi wisata religi yang sangat kuat.
Wisata religi Katolik di Pulau Flores merupakan salah satu jenis wisata yang populer terutama karena sejarah dan warisan gereja Katolik, serta inkulturasinya dengan budaya dan adat istiadat masyarakat setempat.
Tak kurang dari 2.710 Gereja Katolik tersebar di daratan Pulau Flores. Selain itu, terdapat biara tua dan bersejarah, situs Gua Maria yang menjadi tujuan ziarah umat Katolik, serta seminari-seminari menengah dan tinggi Katolik yang mendukung warisan sejarah kekatolikan di Pulau Flores.
"Kita punya modal yang kuat, karena kita memiliki aset yakni potensi budaya dan religi yang sudah berkembang dan mengakar di Flores” ujar Frans, dalam keterangan tertulis yang diterima Jumat, (12/7/2024).
“Kita harapkan hal ini bisa menjadi satu modal untuk dapat kita skenariokan bersama ke sesuatu yang lebih konkret seperti penataan amenitas di sekitar pusat-pusat aktivitas wisata religi dan membuat peta perjalanan wisata,” sambungnya.
Untuk mencapai target tersebut, BPOLBF lantas berkoordinasi dan berkolaborasi bersama para pemangku kepentingan dari berbagai wilayah di Pulau Flores.
Mulai dari wilayah Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Larantuka, Keuskupan Maumere, Keuskupan Ruteng, Kevikepan Labuan Bajo dan Dinas Pariwisata di 9 Kabupaten di Pulau Flores.
Koordinasi tersebut dilaksanakan melalui Focus Group Discussion (FGD) terkait ‘Potensi dan Strategi Pengembangan Wisata Religi Katolik di Pulau Flores’, yang diselenggarakan secara virtual beberapa waktu lalu.
Tujuannya, yakni untuk menghasilkan gagasan dan aksi konkret dalam meningkatkan daya tarik wisata religi Katolik di Pulau Flores.
Selain itu, harapannya tidak hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat, namun juga memperkaya pengalaman spiritual para wisatawan.
“FGD ini BPOLBF selenggarakan agar seluruh pusat kekuatan kita, yang terwakilkan dari keuskupan-keuskupan yang ada di Pulau Flores ini bisa memberi energi, memberikan nilai spiritualitas dan di sisi lain terus merawat nilai konservasi, sosial budaya, dan juga kepariwisataan yang holistik," tutur Frans.
FGD ini juga dirancang untuk menjadi sarana lintas pemangku kepentingan dalam mengembangkan pusat-pusat aktivitas pariwisata religi.
Lalu, juga bisa menciptakan model pengelolaan destinasi pariwisata religi di Pulau Flores, dan mempromosikan jalur wisata religi Katolik yang terintegrasi di daratan Pulau Flores.
Terakhir, yakni diharapkan agar bisa menyediakan travel pattern alias semacam peta perjalanan wisata ziarah religi katolik di Pulau Flores, dan mengembangkan event-event atau festival religi yang berskala nasional dan internasional.
Direktur Puspas Keuskupan Ruteng, RD. Marthin Chen, menyampaikan, pada hakikatnya, manusia, religiusitas, dan pariwisata adalah hal yang saling terkait satu sama lain.
Karena itu, ia menilai, wisata religi adalah sesuatu yang sangat mungkin untuk didorong dan dikembangkan terutama di Pulau Flores.
"Pariwisata sejatinya adalah ziarah untuk mengendus jejak Allah dalam keindahan alam ciptaan dan suka cita perjumpaan manusia. Seluruh sejarah napak tilas dan aktivitas spiritual ini merupakan kekayaan spiritual Katolik," jelas Romo Marthin.
“Sehingga bisa kita gali untuk mendukung pengembangan wisata religi ziarah Katolik dan membantu tiap peziarah untuk menemukan jejak Allah dalam kehidupannya dan dalam kehidupan sekitar,” sambungnya.
Selain itu, ada juga sejumlah potensi wisata Religi Katolik dari masing-masing keuskupan. Mulai dari Situs Gereja Tua, Taman dan Bukit Doa, Gua Maria dan Pusat Devosi, Rumah Ret-ret, Replika Kota Bethlehem, Kamar Paus (Vatikan semalam).
Ada juga Tanjung Salib di Kajuwulu dan Watu Krus di Bola Maumere hingga event-event Religi Katolik seperti Festival Golo Koe, Festival Golo Curu, Festival Lembah Sanpio, dan Misa Reba di Ngada.
Tak ketinggalan juga yang tidak kalah menarik yakni Prosesi Keagamaan di Pulau Flores seperti Prosesi Semana Santa di Larantuka, Prosesi San Juan di Lebao Tengah, dan Pesta Ratu Rosari di Larantuka.
Merangkum berbagai masukan FGD, Kepala Divisi Komunikasi Publik BPOLBF, Sisilia Jemana, menyampaikan bahwa BPOLBF dan Kemenparekraf saat ini mendorong dan menargetkan Pulau Flores menjadi Destinasi Utama Wisata Religi Katolik dan ke depannya.
Sebagai bentuk tindak lanjut, BPOLBF akan segera menyusun Peta Perjalanan dan Calendar of Event (CoE) Wisata Religi Katolik Pulau Flores.
Berkoordinasi dengan berbagai pihak mulai dari Dinas Pariwisata, Keuskupan, dan seluruh pihak terkait lainnya, Sisilia berharap dapat makin menguatkan branding Pulau Flores sebagai Destinasi Wisata Religi Katolik dan menciptakan ekosistem pariwisata berkelanjutan.
"Bersama-sama kita garap potensi yang ada dan kita perkuat branding Pulau Flores sebagai Destinasi Utama Wisata Religi Katolik di Indonesia sambil bersama-sama kita gali seluruh potensi yang ada untuk kita kembangkan,” tutur Sisilia.
Masukan dari berbagai pihak diharapkan dapat makin memperkaya gagasan untuk mendukung pengembangan pariwisata religi Katolik di Pulau Flores.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait