KEFAMENANU, iNewsTTU.id--Suara gemuruh terompet yang terbuat dari tanduk kerbau, sebagai pengganti lonceng, pertanda ibadah di Stasi Santa Maria Asumpta banopo, Kecamatan Bikomi Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT segera dimulai.
Pagi itu, umat katolik di Dusun itu berbondong-bondong mendatangi Stasi itu.
Suasana ibadah yang penuh kesederhanaan namun sarat makna terasa kental di Stasi Santa Maria Asumpta, Dusun Banopo. Meskipun terbuat dari bangunan sederhana, ibadah di sini menyentuh hati dan memperkuat iman umat setiap minggunya.
Dalam bangunan sederhana ini berukuran 6x4 meter, sekitar 80 kepala keluarga berkumpul setiap minggu untuk mengikuti ibadah dengan khidmat. Ibadah dipimpin oleh Frater Herman Ginting, seorang frater asal Karo, Sumatera Utara, yang telah mengabdi bersama umat selama hampir 5 tahun.
Suasana ibadah berlangsung khusuk, meski kerap mereka masih was-was dengan kondisi bangunan sederhana yang sungguh memprihatinkan.
Ketua stasi banopo, Aryanto Tethun mengakui, meski kerap ibadah mereka seringkali terganggu oleh hujan deras. Gereja yang rapuh dengan dinding dari pelepah gewang dan atap yang bergoyang membuat umat terpaksa berlari menyelamatkan diri.
Kapasitas bangunan yang sempit membuat sebagian umat terpaksa berdiri di luar gubuk. Terbatasnya kursi duduk membuat beberapa umat duduk di bangku kayu bulat, sementara anak-anak duduk di lantai beralaskan tikar.
Ketua Komunitas Santo Tomas Jakarta, Ibu Chun Wahono, mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi gereja tersebut. Ia berharap akan ada uluran tangan dari sesama umat Katolik untuk membantu membangun gereja yang lebih layak bagi umat di Banopo.
"Mengikuti ibadah seperti ini sudah biasa, memang bangunannya nyaris roboh, namun ada yang prihatin, ke depannya bagiaman saya belum tau, tetapi kami selalu punya rencana, tapi hidup kami selalu dari belas kasihan teman-teman, sehingga misalnya kemarin kami bisa bawa sedikit sembako itu karena belas kasiah teman-teman,"imbuhnya.
Umat di Stasi Banopo tetap berharap bahwa suatu hari nanti mereka akan memiliki gereja yang layak dan permanen, sehingga mereka bisa beribadah dengan khidmat dan penuh kedamaian seperti umat lainnya di perkotaan.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait