Pesona Budaya Batuan Megalitik di Kampung Adat Namata NTT

Rudy Rihi Tugu
Para pengunjung memakai pakaian adat Sabu Raijua di Kampung Adat Namata. Foto : iNewsTTU.id/ Rudy Rihi Tugu

SABU RAIJUA, iNewsTTU.id- Kampung Adat Namata di Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur menyimpan sejuta pesona budaya yang harus anda kunjungi.

Di lokasi kampung adat ini, terdapat batuan megalitik yang didominasi oleh bentuk bulat serta berbagai jenis ukuran dengan nama dan fungsi yang berbeda.

Adapun megalitik biasanya digunakan sebagai media atau tempat untuk melakukan ritual adat atau pemujaan terhadap para dewa maupun pun leluhurnya. 

Saat anda menginjakkan kaki di kampung adat Namata, sudah ada warga lokal yang tinggal didalam kawasan ini yang siap menyambut tamu yang ada mengunjungi lokasi ini.

Dari data yang dihimpun iNews.id, dari berbagai sumber, Asal-usul Kampung Adat Namata berdasarkan budaya tutur masyarakat Sabu, terbentuk dan didirikan oleh salah seorang tokoh terkenal Sabu Raijua pada zaman dahulu yang bernama Robo Aba. Ia memiliki empat orang anak yang kemudian menjadi awal mula terbentuknya empat suku besar yang ada di Sabu Raijua, khususnya di Kecamatan Sabu Barat.

Anak pertamanya bernama Tunu Robo yang menurunkan Udu ( Suku_red) Suku Namata; anak kedua bernama Pilih Robo yang menurunkan Udu Nahoro; anak ketiga bernama Hupu Robo yang menurunkan Udu Nahupo; dan anak keempat bernama Dami Robo yang menurunkan Udu Nataga.

Robo Aba pada masa itu merupakan salah satu pemimpin besar di Wilayah Adat Habba setelah adanya pembagian lima wilayah adat di Kabupaten Sabu Raijua pada zaman Way Waka. Sebelum tinggal dan berkediaman di Namata, Robo Aba awalnya tinggal di kampung yang bernama Hanga Rae Robo, yang sekarang terletak di Desa Robo Aba, Kecamatan Sabu Barat. Pada suatu hari ia menyuruh anaknya Tunu Robo bersama beberapa pasukan lainnya untuk pergi berburu ke sebelah barat dari Kampung Hanga Rae Robo yang bernama Radja Mara Kanni Bahi (sekarang menjadi Namata_red).

Di daerah yang bernama Radja Mara Kanni Bahi ( Namata_red) inilah mereka menemukan begitu banyak babi hutan atau dalam bahasa Sabu disebut wawi addu. Ketika sedang berburu di Radja Mara Kanni Bahi, Tunu Robo beserta pasukannya menemukan satu ekor babi hutan yang sedang tidur di bawah pohon duri sehingga secara bersamaan mereka menembaki babi hutan tersebut dengan menggunakan tombak.

Namun, sayangnya tembakan mereka tidak berhasil karena tombak yang mereka gunakan patah pada saat mengenai hewan buruannya. Akhirnya, mereka kembali dengan tangan hampa dan memberitahukan kepada Robo Aba bahwa di tempat yang bernama Radja Mara Kanni Bahi merupakan tempat yang banyak wawi addu.

Keesokan harinya, Robo Aba memerintahkan anaknya Tunu Robo dengan beberapa pasukan untuk berburu kembali ke tempat yang sama dengan suatu pesan bahwa apabila mereka berhasil membunuh babi tersebut maka mereka harus membawa tanah tempat babi tersebut tidur, yaitu tanah pada bagian kepala, tanah pada bagian perut, dan bagian kaki belakang.

Singkat cerita, Tunu Robo beserta pasukannya berhasil mendapatkan wawi addu dan membawa tanah seperti yang dimintakan oleh Ayahnya, Robo Aba. Tanah yang diserahkan oleh anaknya, diperhatikan betul tekstur tanah yang diambil tersebut oleh Robo Aba dan dia memutuskan tempat berburu yang bernama Radja Mara Kanni Bahi menjadi tempat berburu babi hutan atau dalam bahasa Sabu disebut era pemata wawi addu, diubah menjadi nama Namata.

Ina Ira, salah seorang penduduk yang mendiami lokasi ini mengatakan saat mengunjungi lokasi kampung adat Namata, pengunjung hanya boleh duduk di atas dua batu yang akan di tunjuk oleh penjaga kampung adat, karena batuan lain di kampung adat ini disakralkan oleh warga sekitar.

" Di tengah Kampung Namata, terdapat batu-batu besar yang menjadi tempat pemujaan atau altar persembahan bagi leluhur yang dipercaya menjaga kampung adat, sehingga pengunjung dilarang duduk atau menaiki batu tersebut," ucapnya.


Batuan bulat megalitik di Kampung Adat Namata. Foto : iNewsTTU.id/ Rudy Rihi Tugu



Femi salah seorang pengunjung saat ditemui iNews.id, Minggu ( 23/7/2023) mengatakan ia jauh- jauh datang dari Kota So'e, Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk mengunjungi lokasi ini karena penasaran dengan cerita dan keindahan lokasi ini.

" Saya berasal dari Kota So'e, Kabupaten Timor Tengah Selatan, kebetulan ada pekerjaan di Sabu makanya saya sempatkan diri berkunjung ke kampung adat ini, suasana adat dan budayanya memang masih terasa sangat kental," Ujar Femy.

Nah, bagi anda yang ingin berfoto ala- ala orang sabu, di sini juga disewakan pakaian tenun adat khas orang sabu, dengan harga sewa Rp.75.000 hingga Rp. 100.000 per orang. Jika anda kebetulan berkunjung ke pulau Sabu, jangan lupa mampir ke kampung adat Namata, letaknya tidak jauh dari Seba ibukota Sabu Raijua, anda bisa datang dengan roda dua maupun roda empat.(*)



Editor : Sefnat Besie

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network