Kemudian, dia belajar dari salah satu saudara kandungnya yang sudah menjalankan bisnis di Bitung, menjual pisang goreng mini seharga Rp500. Selama dua bulan, dia belajar cara membuat adonan hingga menjadi pisang goreng yang lezat.
Ketika dia merasa yakin dalam membuat adonan tersebut, dia membuka bisnis sendiri di depan Unklab, Airmadidi.
"Awalnya, saya menggunakan gerobak di depan Unklab. Itu pada tahun 2016," ujarnya.
Dia merasa bersyukur karena ketika pertama kali memulai bisnisnya, tanggapan dari masyarakat cukup baik. Pisang goreng mini yang dijualnya seharga Rp500 selalu habis terjual, menghasilkan uang yang lumayan baginya.
"Pelanggan terus datang karena ukurannya yang kecil dan rasanya yang enak," katanya.
Setelah bisnisnya menjadi stabil, dia kemudian membawa keluarganya ke Manado. Bisnisnya tumbuh dari tahun ke tahun, dan kini dia memiliki 10 penyewa yang tersebar di beberapa cabang Alfamart dan lokasi lainnya.
Dia bersyukur bahwa melalui penjualan pisang goreng mini Rp500, dia dapat membiayai pendidikan anak-anaknya, membeli dua rumah, tiga bidang tanah, dan menciptakan peluang kerja.
"Saya bersyukur atas apa yang telah saya capai sejauh ini," ujarnya. Untuk meningkatkan penjualan, dia juga menawarkan camilan goreng lainnya seperti tahu dan tempe. "Kedua jenis camilan goreng ini hanya sebagai pelengkap, dengan fokus utama tetap pada pisang goreng," tambahnya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait