Siap Glow Up! Birokrasi NTT Wajib Buang Ego Sektoral, Gubernur Melki: Kita Harus Kolaboratif

KUPANG,iNewsTTU.id-- Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Emanuel Melkiades Laka Lena, menutup secara resmi kegiatan Retret Kepemimpinan Strategis Pejabat Struktural Lingkup Pemerintah Provinsi NTT Tahun 2025, yang berlangsung selama lima hari. Dalam arahannya, Gubernur Melki menyerukan perubahan besar dalam pola pikir birokrasi menuju kerja yang lebih kolaboratif, inovatif, dan terukur.
“Perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri. Dari Gubernur sampai staf paling bawah, semua harus bergerak bersama untuk mewujudkan NTT yang kita cita-citakan,” tegas Melki di hadapan para peserta retret.
Kegiatan yang digagas BKD Provinsi NTT bekerja sama dengan Universitas Pertahanan (Unhan) ini disebut bukan sekadar forum penyusunan program, tetapi wadah pembentukan filosofi kepemimpinan baru yang berakar pada nilai, integritas, dan tanggung jawab publik.
Dalam arahannya, Gubernur Melki menyoroti tantangan serius yang dihadapi pemerintah daerah, yakni menurunnya dukungan fiskal dari pusat akibat kebijakan transfer daerah yang semakin terbatas dan sebagian dikonversi menjadi program nasional.
“Dulu kita terbiasa bergantung pada pusat, tapi sekarang kita harus menciptakan terobosan agar layanan publik tetap meningkat. Kita harus kreatif dalam situasi yang menantang ini,” ujarnya.
Ia menegaskan, kondisi fiskal ini justru menjadi momentum bagi pejabat daerah untuk membuktikan kemampuan berpikir inovatif dan berani mengambil langkah-langkah strategis di lapangan.
Melki juga menekankan pentingnya disiplin kerja dan manajemen waktu. Ia bahkan mencontohkan rutinitas pribadinya yang padat dan terjadwal ketat dari pagi hingga malam hari. “Setiap pejabat harus punya agenda harian, mingguan, hingga per bidang. Jangan biarkan waktu berlalu tanpa arah,” tegasnya.
Menurutnya, perubahan perilaku kerja harus dimulai dari hal kecil seperti ketepatan waktu, ketegasan dalam mengambil keputusan, dan konsistensi dalam menindaklanjuti setiap hasil rapat atau kegiatan.
Gubernur Melki mengingatkan bahwa hasil retret bukan sekadar seremonial, melainkan akan ditindaklanjuti dengan komitmen tertulis dari setiap pejabat.“Kita ingin buktikan bahwa kegiatan ini tidak berhenti di seremoni. Setiap pejabat wajib menandatangani komitmen pribadi dan unit kerja untuk memastikan hasil retret benar-benar berdampak bagi masyarakat,” tegasnya.
Kolaborasi Lintas Sektor
Ia juga menyoroti perlunya menghapus ego sektoral antar OPD dan membangun ekosistem kerja yang kolaboratif.
“Tidak ada pemimpin yang bisa membawa perubahan sendirian. Kita butuh sinergi lintas bidang untuk menghasilkan karya nyata,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Melki kembali menegaskan bahwa arah pembangunan NTT tetap berpedoman pada Dasa Cita, yang menjadi panduan utama program strategis Pemprov NTT.
“Setiap rupiah anggaran harus dibelanjakan dengan berdampak nyata. Pemerintahan yang kita bangun harus transparan, terukur, dan berorientasi hasil,” katanya.
Menutup arahannya, Gubernur Melki menyerukan agar para pejabat Pemprov NTT tidak hanya menjadi birokrat administratif, tetapi “entrepreneur birokrasi” yang mampu menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat.
“Kita harus bertransformasi menjadi birokrat yang berpikir seperti entrepreneur, mendorong tumbuhnya pelaku usaha lokal agar uang dari program pusat berputar di NTT, bukan keluar dari NTT,” pungkasnya.
Retret kepemimpinan ini diharapkan menjadi tonggak awal perubahan gaya kerja dan budaya birokrasi di lingkungan Pemerintah Provinsi NTT menuju tata kelola pemerintahan yang lebih modern, efisien, dan berdampak bagi masyarakat luas.
Editor : Sefnat Besie