Fakta di Balik Pemangkasan Tarif Impor AS, Indonesia Komitmen Beli 50 Boeing Terbaru

JAKARTA, iNewsTTU.id – Kesepakatan penting telah terjalin antara Amerika Serikat (AS) dan Indonesia. Presiden AS Donald Trump setuju memangkas besaran tarif impor AS terhadap produk-produk Indonesia menjadi 19%. Namun, di balik kabar baik ini, terungkap adanya komitmen Indonesia untuk membeli 50 unit pesawat Boeing terbaru.
Presiden Prabowo Subianto secara terbuka mengakui adanya komitmen tersebut dalam kesepakatan dagang ini. Menurut Prabowo, pembelian pesawat Boeing ini adalah kebutuhan mendesak untuk memperkuat kinerja maskapai nasional, Garuda Indonesia.
"Garuda adalah kebanggaan kita. Garuda lahir dalam Perang Kemerdekaan kita. Jadi Garuda harus jadi lambang Garuda kita. Saya bertekad untuk membesarkan Garuda. Untuk itu ya kita butuh pesawat-pesawat baru," ujar Prabowo, Rabu (16/7/2025).
Prabowo menegaskan bahwa tidak ada masalah dengan komitmen pembelian pesawat ini. Ia memandang hal ini sebagai pertemuan dua kepentingan yang saling menguntungkan. "Saya kira tidak ada masalah karena kita butuh dan mereka jual pesawat Boeing juga cukup bagus. Kita juga tetap dari Airbus dan artinya ini terjadi pertemuan dua kepentingan," jelasnya.
Selain pembelian pesawat, Prabowo juga mengungkapkan komitmen Indonesia untuk membeli produk energi dan pertanian dari Amerika Serikat. Hal ini, menurut Prabowo, juga didasari oleh kebutuhan dalam negeri yang memang masih bergantung pada impor.
"Kita juga butuh, kita masih impor BBM. Kita masih impor gas, kita masih perlu impor gandum. Kita perlu impor kedelai dan sebagainya. Jadi akhirnya kita bisa dapat satu titik pertemuan," ungkap Prabowo, merujuk pada tercapainya kesepakatan penurunan tarif dengan imbal balik komitmen pembelian tersebut.
Meski tarif impor telah dipangkas, Presiden Prabowo menyatakan bahwa negosiasi dengan AS akan terus berlanjut. "Saya tetap nego, dan saya katakan, beliau (Trump) ini seorang negosiator yang cukup keras juga," tambahnya, menunjukkan dinamika dalam proses diplomasi ekonomi kedua negara.
Editor : Sefnat Besie