KUPANG,iNewsTTU.id-- Sebuah rombongan akademisi dan penulis buku sejarah dari Timor Leste hari ini melakukan kunjungan ke Kerajaan Amabi di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Rombongan yang terdiri dari lima orang, termasuk penulis buku sekaligus dosen, mahasiswa, dan tokoh adat serta dokumenter, datang untuk melakukan riset dan pengumpulan data demi penulisan buku sejarah.
Kedatangan rombongan ini disambut hangat oleh keluarga keturunan dari Raja Amabi di Sonaf Fautnesi Oebufu, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Mereka disambut dengan tutur adat natoni dan pengalungan selendang sebagai tradisi penyambutan tamu kehormatan.
Setelah diterima dengan hangat, rombongan diajak ke makam Raja Amabi untuk memohon restu agar pertemuan ini dapat berjalan lancar. Dalam pertemuan tersebut, perwakilan dari Timor Leste meminta keluarga keturunan Raja Amabi untuk menceritakan sejarah perjalanan Kerajaan Amabi hingga hubungannya dengan kerajaan yang ada di Timor Leste.
Usai pertemuan, penulis buku sejarah dari Timor Leste, Antero Benedito da Silva, mengungkapkan bahwa sejarah Pulau Timor dulunya ditulis oleh penjajah Belanda, dan kehadiran mereka bertujuan untuk mendapatkan cerita langsung dari turunan raja-raja yang berada di Nusa Tenggara Timur, yang nantinya akan digabungkan dengan cerita turunan raja-raja di Timor Leste dalam satu buku.
Menanggapi kunjungan ini, salah satu turunan Raja Amabi, Yesaya Mau, menyatakan kegembiraannya karena kunjungan tersebut dapat menyamakan persepsi tentang sejarah Pulau Timor yang masih memiliki banyak versi. Dia berharap dengan munculnya data dari berbagai kerajaan di Pulau Timor, persepsi tersebut dapat disatukan dalam satu buku dan diwariskan kepada generasi penerus bangsa.
Negara Timor Leste dan Nusa Tenggara Timur merupakan satu pulau, di mana Timor Leste terletak di bagian timur dan Nusa Tenggara Timur berada di bagian barat. Kesamaan dan keterkaitan sejarah perjuangan para kerajaan di kedua wilayah ini menjadi motivasi bagi penulis buku sejarah asal Timor Leste untuk datang bertemu dengan turunan raja-raja di wilayah Timor Barat.
Editor : Sefnat Besie