HOUSTON - TTU, INEWS.ID--National Aeronautics and Space Administration atau NASA saat ini sedang mempersiapkan pakaian antariksa terbaru, pakaian tersebut akan digunakan dalam misi ke bulan tahun 2024 mendatang.
Biaya pembuatan pakaian antariksa itu juga menggunakan dana yang tidak sedikit jumlahnya dengan menginvestasikan US$300 Juta atau setara Rp4,2 triliun untuk memproduksi exploration extravehicular mobility unit (xEMU).
Seperti dilansir CNN, Selasa (8/6/2021), program NASA berikutnya untuk mengirim wanita pertama dan orang kulit berwarna pertama ke bulan, akan mengenakan pakaian antariksa terbaru.
Sebelum pakaian antariksa sampai ke bulan, xEMU akan diuji di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Wakil Kepala Pengembangan pakaian antariksa xEMU di NASA Richard Rhodes mengatakan, salah satu komponen utama dari pakaian ini adalah pendingin.
Pakaian itu terbuat dari tabung yang mengedarkan air di sekitar astronot, mengatur suhu tubuh dan menghilangkan panas berlebih saat mereka menyelesaikan pekerjaan mereka.
Setiap pakaian antariksa memiliki sistem pendukung kehidupan portabel, yang mencakup tangki air untuk pakaian pendingin, sistem pembuangan karbon dioksida dan banyak lagi, menurut NASA.
Komponen ini juga mencakup sistem radio dua arah sehingga para astronot dapat berkomunikasi. Pengembangan pakaian antariksa ini berkaca dari misi Apollo yang terlihat astronot kurang fleksibel dibandingkan yang sekarang.
"Ketika astronot Apollo berjalan di bulan, mereka tidak bisa membungkuk dan mengambil batu," kata astronot NASA Mike Fincke.
"Mereka harus memiliki alat khusus kecil dengan pegangan di atasnya."
Untungnya, pakaian antariksa telah berkembang pesat sejak saat itu dan memiliki struktur yang lebih fleksibel dengan sarung tangan.
"Sarung tangan adalah salah satu bagian paling rumit dari pakaian antariksa, dan seringkali menjadi sumber keluhan terbesar yang dimiliki astronot tentang pakaian mereka, kata Cathleen Lewis, kurator pakaian antariksa di Museum Dirgantara dan Luar Angkasa Nasional Smithsonian Institution.
"Sarung tangan sangat sulit dirancang untuk menjadi pelindung dan ini membatasi ketangkasan astronot untuk melakukan pekerjaan yang berarti," katanya.
Sarung tangan bertekanan bisa terasa menyempit, terutama setelah berjam-jam bekerja di luar angkasa, katanya. Jari-jari mereka juga menjadi dingin, jadi elemen pemanas perlu dimasukkan ke dalam sarung tangan.
Sebagian besar pelatihan pakaian antariksa astronot dilakukan di kolam di Laboratorium Daya Apung Netral NASA di Houston. Air mensimulasikan perasaan tanpa bobot, yang mirip dengan bagaimana rasanya di luar angkasa.
Selama empat tahun terakhir, NASA telah menginvestasikan lebih dari US$300 juta atau setara Rp4,2 triliun dalam pengembangan xEMU, kata Rhodes.
Timnya telah menguji lusinan komponen dan menimbang kelebihan dan kekurangan setiap opsi. Dia mengatakan tantangan terbesar untuk pakaian Artemis adalah memastikan mereka dioptimalkan untuk eksplorasi bulan.
"Pakaian itu harus cukup ringan untuk mendukung misi bulan dan cukup kuat untuk melindungi astronot saat bekerja di lingkungan bulan yang sangat berbahaya," kata Rhodes.
Para astronot dalam misi Artemis perlu memiliki mobilitas lebih sehingga mereka dapat menjelajahi medan kasar bulan.
Jadi timnya sedang mengerjakan pakaian yang memungkinkan astronot bisa bergerak tapi sangat kuat untuk melindungi pemakainya.
Seperti diketahui, NASA terakhir kali mendaratkan manusia ke Bulan pada Desember 1972 pada misi Apollo 17.
Editor : Sefnat Besie