get app
inews
Aa Text
Read Next : Tegas, Polisi Amoral di Kupang Resmi Dipecat Polda NTT

Undana Kupang Gelar Kuliah Umum, Bekali Mahasiswa Antisipasi Intoleransi dan Radikalisme

Senin, 23 Juni 2025 | 17:40 WIB
header img
Kampung Universitas Nusa Cendana Kupang Gelar Kuliah Umum, Bekali Mahasiswa Antisipasi Intoleransi dan Radikalisme, Senin(23/06/2025). Foto: Istimewa

KUPANG,iNewsTTU.id-- Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang menyelenggarakan kuliah umum dengan tema "Antisipasi Gerakan Intoleransi dan Radikalisme dalam Kampus di Wilayah Kota Kupang," pada Senin, (23/06/2025).

Kegiatan yang berlangsung di Aula Rektorat ini diikuti oleh ratusan mahasiswa, termasuk perwakilan organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) Undana, dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Kuliah umum ini bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan pemahaman mendalam mengenai bahaya intoleransi dan radikalisme, serta strategi untuk mengantisipasi dan menangkal penyebaran paham-paham tersebut di lingkungan kampus.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Undana, Dr. Siprianus Suban Garak, M.Sc., dalam sambutannya menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa, khususnya di lingkungan kampus. Ia berharap melalui kuliah umum ini mahasiswa mampu bersikap kritis dan tidak terjerumus dalam hal-hal yang bersifat intoleransi dan radikalisme.

Dalam pemaparannya, Prof. Dr. Drs. Petrus Ly, M.Si., menjelaskan bahwa gerakan intoleransi dan radikalisme tumbuh dari persoalan politik, kemiskinan, dan kesenjangan sosial. 

"Agar mudah diterima, mereka biasanya berbasis atau bernaung melalui agama-agama tertentu," ujarnya.

Prof. Ly juga mengungkapkan adanya 16 organisasi radikal di Indonesia yang dinilainya sebagai penyakit yang merongrong bangsa. 

"Ini adalah penyakit yang terus merongrong bangsa ini. Apakah kita ingin hidup dalam kondisi yang memprihatinkan ataukah merindukan dunia yang damai," pungkasnya, sembari berharap tindakan pencegahan dapat dilakukan melalui pendidikan dan penyadaran.

Ia juga menyoroti pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara yang masih lemah dalam perilaku hidup sehari-hari. Menurutnya, gerakan radikalisme adalah gerakan ideologi kontra. 

"Sepanjang Pancasila bukan dipandang sebagai ideologi, maka kesempatan kontra ideologi dari gerakan-gerakan radikalisme dapat terjadi," imbuhnya.

Guna mengembangkan sikap empati dan toleransi, Prof. Ly menyarankan agar mahasiswa dapat mempelajari cara berpikir analitis, mengevaluasi informasi dengan hati-hati, dan tidak menerima informasi yang tidak terbukti. 

"NTT dianggap sebagai provinsi toleransi. Kita jangan berpikir mengikuti arus karena di daerah toleransi seperti ini justru sangat mungkin menjadi sawah yang disemaikan gerakan-gerakan intoleransi," pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Umum Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Kupang, Pdt. Jeky Latuperissa, M.Th., dalam pemaparan materinya menyampaikan bahwa Indonesia sedang mencari kembali kondisi yang ideal. 

"Di akhir-akhir ini, Indonesia sedang berjuang untuk kembali menemukan kondisi yang ideal. Apakah ideologi Pancasila bisa bertahan atau tidak. Kita sedang ada dalam persoalan ini karena ada indikasi Indonesia bisa bubar," cetusnya.

Ia menerangkan bahwa paham-paham intoleransi dan radikalisme akan semakin menimbulkan persoalan-persoalan sosial, seperti marginalisasi, diskriminasi, dan klasterisasi sosial antara kelas minoritas dan mayoritas. 

"Jika pemerintah tidak menjalankan fungsi pemerintahan yang inklusif dan berpihak pada kelompok mayoritas, maka kita akan mengalami suatu kenyataan hidup yang tidak membangun dan tidak bisa berjejaring bersama-sama," ujarnya, yang juga adalah pendeta di Gereja Betel Oesapa Kupang.

"Jika Anda terpapar paham radikalisme berarti Anda akan berlawanan dengan norma dan ideologi yang berlaku dan diterima oleh sistem kebangsaan," tambahnya.

Karena itu, pencegahannya harus melibatkan seluruh komponen, termasuk lembaga pendidikan yang melibatkan mahasiswa, yang berujung pada penihilan atau peniadaan terorisme yang harus dilihat secara baik. 

"Kita sedang ada dalam semangat pendidikan tinggi, tapi kita perlu memperdalam pemahaman tentang pendidikan multikultural di Indonesia tentang politik kebangsaan kita," tutupnya.

Editor : Sefnat Besie

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut